Ir. H. Bambang Haryo Soekartono, M.I.Pol., Kapoksi Komisi VII DPR RI, bersama Andy Herlambang, Ketua Tim Kerja Pengembangan SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Disbudporapar Kota Surabaya; di salah satu hotel di Surabaya. BHS menegaskan pentingnya komersialisasi kuliner untuk mendongkrak ekonomi nasional.

SURABAYA | duta.co – Sektor kuliner menjadi salah satu penggerak utama ekonomi kreatif nasional. Untuk memperkuat potensi tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI bersama Ir. H. Bambang Haryo Soekartono, M.I.Pol., selaku Kapoksi Komisi VII DPR RI, menggelar Pelatihan Komersialisasi Subsektor Kuliner di salah satu hotel di Surabaya. Kegiatan ini diikuti oleh ratusan pelaku usaha kuliner dari berbagai daerah di Indonesia.

Acara tersebut menghadirkan sejumlah narasumber kompeten, antara lain Ir. H. Bambang Haryo Soekartono, M.I.Pol., Kapoksi Komisi VII DPR RI; Andy Ruswar, Direktur Kuliner Deputi Bidang Kreativitas Budaya dan Desain Kemenparekraf RI; Surakus A., MM; Herlambang, Ketua Tim Kerja Pengembangan SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Disbudporapar Kota Surabaya; serta Haikal Basagili, Founder Beranda Brand.

Dalam sambutannya, Bambang Haryo menegaskan pentingnya penguatan subsektor kuliner yang selama ini menjadi penyumbang terbesar bagi Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif nasional.

“Dari total PDB ekonomi kreatif sekitar Rp215 triliun, sebanyak 46 persen berasal dari sektor kuliner. Ini menunjukkan bahwa kuliner memiliki peran besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga perlu mendapat perhatian serius,” ujarnya.

Menurut BHS, kegiatan pelatihan ini menjadi langkah nyata dalam mendorong pelaku usaha kuliner untuk mampu melakukan komersialisasi produk secara efektif. Upaya ini mencakup penguatan branding agar produk kuliner Indonesia lebih dikenal, baik di tingkat nasional maupun internasional.

“Indonesia memiliki sekitar 5.000 jenis kuliner Nusantara. Ini potensi luar biasa yang bisa menjadi kuliner andalan daerah dan juga nasional. Negara lain seperti Malaysia bahkan menjadikan kuliner sebagai pendongkrak pariwisata. Indonesia pun harus bisa memanfaatkan potensi ini,” tambahnya.

Sementara itu, Herlambang, Ketua Tim Kerja Pengembangan SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Disbudporapar Kota Surabaya, menegaskan bahwa komersialisasi kuliner menjadi pembeda antara usaha mikro kecil menengah (UMKM) biasa dengan industri kuliner kreatif yang berorientasi pasar global.

“Kalau kuliner sudah dikomersialisasi dan memiliki hak kekayaan intelektual, maka ketika ditiru negara lain, kita bisa klaim. Contohnya rendang, yang sudah diakui sebagai kuliner asli Indonesia,” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa banyak kuliner khas Surabaya yang telah bertahan lintas generasi dan masih eksis hingga kini. Hal ini menunjukkan adanya kekuatan budaya dan nilai tradisi yang tinggi, sehingga perlu terus dijaga dan dikembangkan.

“Kami juga mendorong program Indonesia Spice Up The World dan gastro diplomacy melalui promosi kuliner Indonesia di luar negeri. Kita akan menggelar kegiatan kuliner bersama para duta besar di negara-negara sahabat untuk memperkenalkan cita rasa Nusantara,” ungkap Herlambang.

Melalui pelatihan ini, para peserta diharapkan tidak hanya meningkatkan kualitas produk, tetapi juga memahami strategi bisnis, pemasaran, dan perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI). Dengan demikian, kuliner Indonesia diharapkan semakin dikenal luas dan berdaya saing di kancah global. (gal)

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry