SURABAYA | duta.co – Bukan hanya santri (alumni) PP Tebuireng, Jombang yang siap hadir dalam acara bedah buku ‘Mengenal Sosok Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari, Pemersatu Umat Islam Indonesia- Percik Pemikiran Refleksi Socio-Religious KH Abdul Halim Mahfduz’ di Surabaya, Selasa 16 Juli 2024. Acara di Hotel Khas, Surabaya itu juga ‘diburu’ elemen masyarakat dan mahasiswa dari berbagai kampus.
“Menarik, di saat ada ‘kekeringan’ dalam berbangsa dan bernegara, begitu juga ketika umat Islam didera berbagai masalah, termasuk ribut soal nasab, maka pemikiran Mbah Hasyim (Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari) ini harus menjadi ‘titik balik’ untuk memaknai semua itu,” demikian disampaikan Ahmad Fahmi Ardiansyah, SH alumni PP Gontor, Jawa Timur kepada duta.co, Senin 915/7/24).
Menurut Fahmi, Mbah Hasyim telah memberikan karidor dalam berbangsa dan bernegara yang kokoh. Sampai beliau mengeluarkan fatwa ‘wajib’ jihad untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Begitu juga tentang keIslaman, beliau mengirim delegasi khusus ke Arab Saudi berupa Komite Hijaz. “Ini peran global (internasional). Sekarang, bukan cuma umat Islam Indonesia, Islam dunia merasakan jerih payahnya,” tegas Fahmi.
Hadir dalam bedah buku besok adalah tokoh teras NU. Para pemateri seperti Prof Masud Said (Ketua PW ISNU Jatim), Prof Masykuri Bakri (Ketua Pernas IKAPETE Pusat), Dr dr H Sukadiono (Ketua PW Muhammadiyah Jatim) dengan moderator Ketua ICMI Pusat H Ismail Nachu.
“Melalui buku ini kita bisa melihat dengan jelas, memotret secara utuh perjuangan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Kita akan melihat lebih gamblang, bahwa, pemikiran beliau sangat strategis untuk Indonesia dan umat Islam,” demikian Yusuf Hidayat (Gus Yusuf) alumni PP Tebuireng, Jombang kepada duta.co.
Dosen dan mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) tahun kemarin, bertempat Aula Majapahit, Gedung ASEEC juga telah membedah pemikiran Mbah Hasyim. Acara itu dibesut sekolah Pascasarjana UNAIR dengan mendatangkan narasumber utama, KH Abdul Hakim Machfudz (Gus Kikin).
Gus Kikin saat itu menjelaskan terkait proses pembuatan buku tersebut. Ia memaparkan bahwa proses diskusi mengkaji peninggalan tulisan dari KH Hasyim Asy’ari memakan waktu yang cukup panjang. “Setiap Sabtu ada diskusi terkait tulisan peninggalan KH Hasyim Asy’ari dan itu rutin selama 2 tahun,” paparnya.
Walaupun begitu, lanjutnya, proses selama 2 tahun tidaklah cukup untuk bisa menyimpulkan garis besar dari tulisan KH Hasyim Asy’ari. Maka, KH Abdul Hakim kemudian mengajak para santri yang terlibat dalam diskusi itu untuk mengubah arah menjadi mengkaji tentang pergerakan KH Hasyim Asy’ari.
Bicara soal kemerdekaan Indonesia, itu tidak lepas dari peran KH Hasyim Asy’ari dan golongan islam. Dalam tulisan-tulisannya, jelas Gus Kikin, KH Hasyim Asy’ari menuangkan pemikirannya mengenai peristiwa penting pada era kemerdekaan.
“Kata-kata dalam pancasila yang kental dengan bahasa islami merupakan bukti kontribusi KH Hasyim Asy’ari dalam perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan. Kemudian akhirnya, Indonesia bisa merdeka bersamaan dengan bersatunya umat Islam yang saat itu memiliki populasi mencapai 95 persen,” demikian KH Abdul Hakim. (*)