
“Fenomena ini menjadi perhatian PBNU, sebab di lapangan warga NU terseret pada gerakan rasis primitif ini.”
Oleh Mukhlah Syarkun*
PERISTIWA penyerangan PWI LS telah menjadi perhatian masyarakat luas. Bagaimana bisa ada sekelompok masyarakat yang membawa senjata menyerang acara pengajian HRS?
Memang ada pihak yang menyalakan panitia, karena sudah tahu ditolak kok tetap saja undang HRS? Tapi yang lebih disalahkan adalah kelompok PWI LS dengan senjata menyerang. Ini merupakan kriminal komunal yang tidak bisa diampuni.
Kehadiran PWI LS adalah efek dari polemik nasab dibungkus dengan tesis ilmiah, padahal menurut hemat kami, sesungguhnya gerakan sosial rasis radikal dan pecah belah umat.
Rasisme dan provokasi yang diinisiasi oleh Kiai Imaduddin (mantan FPI) juga pengurus RMI, dengan berbalut polemik nasab selalu bawa atribut NU, tentu sedikit banyak warga NU yang polos terpengaruh seolah-olah bagian dari NU.
Akibatnya terjadi keterbelahan. Kita dulu mengenal cebong kampret, kini muncul mukibin vs mukimad.
Fenomena ini menjadi perhatian PBNU, sebab di lapangan warga NU terseret pada gerakan rasis primitif ini.
Fenomena tersebut oleh PBNU dilihat sebagai gejala yang dapat membahayakan ukhuwah Nahdhiyiah dan menyuburkan radikalisme. Akhirnya Kai Imad dipecat dari struktur NU, otomatis apa yang dilakukan mantan FPI ini tidak lagi bisa representasi NU.
Meskipun demikian provokasi mantan FPI ini telah mendapat tempat sebagain struktur NU dan entah siapa yang gerakkan tiba tiba muncul organisasi PWI LS yang ada dimana-mana, membongkar makam, membuat narasi rasis kebencian bertindak radikal bahkan deportasi warga keturunan Yaman.
Berkedok isu nasab, dibangun narasi narasi seolah-olah bagian dari NU dan membela kehormatan NU. Benarkah begitu?
Realitanya bertolak belakang, justru hari-hari me-rosting kiai. Kiai NU dibully, bahkan Rais Am tak luput dari sasaran bullyan. Maka wajar berbagai kalangan menilai sikap kelompok mukimad ini mirip wahabi dalam hal merendahkan ulama NU.
Gelagat buruk ini, tercium oleh bashiroh kiai NU yang kemudian dibuat surat edaran tegas bahwa PWI LS tidak bagian dari NU.
Surat edaran ini dibuat bahan ledekan oleh mukimad aktivis PWI LS, bahkan ada kiai yang terpapar menjadi mukimad waktu ihrom sempat-sempatanya menanggapi surat PBNU tersebut.
Peristiwa penyerangan PWI LS dengan brutal pada acara pengajian sesama saudara sendiri، memunculkan sepikulatif bahwa PWI LS adalah proyek adu dumba di kalangan masyarakat akar rumput.
Meskipun kita prihatin namun sedikit lega karena PBNU jauh jauh hari sudah membuat peringatan bahwa mukimad dan atau PWI LS bukan bagian dari NU.(*)
*MUKHLAS SYARKUN adakah Redaktur Majalah Risalah PBNU.
Keterangan gambar porosnusantara.com