Sarasehan bertema “Transformasi Badan Penyelenggara dan PTS Menuju PTS Unggul Berkelas Dunia”, di Untag Surabaya, Selasa (18/11/2025). DUTA/ist
SURABAYA | duta.co – Perguruan tinggi swasta (PTS) sedang menghadapi tekanan berat, mulai dari ekspansi perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTNBH) hingga masuknya perguruan tinggi asing.
J. Subekti,  Ketua Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya, mengatakan PTS terdesak oleh hadirnya PTNBH yang begitu besar meraup mahasiswa. Masalah ini belum selesai, ada 8 perguruan tinggi asing akan hadir di Indonesia dan 5 di Jawa Timur.
“Bagi kami ini bukan ancaman, namun tantangan yang memerlukan respon,” ujarnya saat membuka Sarasehan bertema “Transformasi Badan Penyelenggara dan PTS Menuju PTS Unggul Berkelas Dunia”, Selasa (18/11/2025).
Dengan kondisi ini dia mengajak seluruh PTS untuk meninggalkan pola persaingan horizontal dan beralih kepada kolaborasi. “Mari kita bergandengan tangan dan bersinergi. Kita tidak lagi saling bersaing, tapi bersatu padu menghadapi tantangan. Para narasumber memberikan resep dan regulasi yang harus dipatuhi. Kita semua adalah PTS, tempat pejuang-pejuang pemikir untuk memajukan pendidikan,” tegasnya.
Dalam wawancara terpisah, J.Subekti mengungkapkan alasan YPTA Surabaya menginisiasi sarasehan ini. “Saya menerima keluhan dari teman-teman, terutama soal penerimaan mahasiswa baru yang menurun dan perguruan tinggi asing masuk. Daripada opini liar, lebih baik kami fasilitasi agar dapat penjelasan dari sumber resmi. Kami ingin mengajak teman-teman berpikir rasional, tidak emosional,” jelasnya.
Ia menegaskan komitmen Untag Surabaya untuk membuka ruang berbagi dan kolaborasi. “Harapan kami, PTS di Jawa Timur bangkit kembali, tidak pesimis tapi optimis. Untag Surabaya sebagai PTS unggul menyiapkan diri memfasilitasi apapun yang dibutuhkan teman-teman. Berbagi tidak harus kaya dulu, yang penting ada niat dan tekad,” tambahnya.
Ketua Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABP-PTSI) Jawa Timur, Dr. Budi Endarto menegaskan bahwa transformasi tidak hanya berlaku pada perguruan tinggi, tetapi juga badan penyelenggara.
“Seringkali yang ditransformasi adalah perguruan tinggi swasta. Ini cukup menarik karena badan penyelenggara pun perlu transformasi. Manakala PTS itu bertransformasi namun badan penyelenggaranya konservatif, itu seringkali terjadi konflik kepentingan dan konflik yang tidak perlu,” jelasnya.
Ia juga mengapresiasi Untag Surabaya sebagai PTS yang dianggap berhasil bertransformasi. “PTS di Jawa Timur yang sudah bertransformasi baik badan penyelenggara dan PTS-nya adalah Untag Surabaya. Untag sudah to the moon. Ini bisa menjadi benchmark bagi kita semua,” imbuh Budi.
Diskusi sarasehan dipandu Harjo Seputro selaku Wakil Rektor I Untag Surabaya, yang menjadi moderator sepanjang forum.
Peran LLDIKTI Wilayah VII juga hadir melalui pemaparan Prof Dyah Sawitri, selaku Kepala LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur menegaskan PTS merupakan bagian penting dalam pondasi SDM Indonesia Emas. Ia menekankan bahwa dunia kerja berubah cepat sehingga lulusan PTS harus lebih adaptif, kompetitif, dan siap menghadapi era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity).
“Kita tidak perlu berkeluh kesah, hilangkan keluh kesah, tapi tumbuhkan motivasi untuk bangkit bersama PTS khususnya di wilayah VII Jawa Timur,” tukas Prof. Dyah.
Narasumber utama sarasehan, Prof. Dr. Mukhamad Najib, Direktur Kelembagaan Direktorat Jenderal, Kementrian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Republik Indonesia, menekankan bahwa internasionalisasi PTS adalah kebutuhan mendesak.
“Kualitas berstandar kelas dunia penting untuk meningkatkan daya saing global, reputasi, akreditasi, hingga menarik talenta internasional. Lulusan yang terpapar lingkungan global lebih siap menghadapi pasar kerja internasional,” paparnya.
Prof. Najib menjelaskan empat pilar yang harus diperkuat PTS, yakni reformasi tata kelola yayasan yang transparan, akuntabel, dan profesional; penguatan kapasitas akademik dan riset melalui kolaborasi internasional, publikasi bereputasi, dan program studi unggulan; digitalisasi dan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan akses dan kualitas; serta akreditasi dan benchmarking global dengan mengikuti standar internasional seperti QS dan THE.
Guru Besar IPB University tersebut juga meluruskan persepsi bahwa PTNBH menjadi penyebab utama turunnya jumlah mahasiswa PTS. “Datanya perlu dilihat. Ada juga PTS yang kelebihan mahasiswa. Bisa jadi bukan karena PTNBH, tapi dinamika persaingan antar-PTS. Jumlah mahasiswa baru di Jawa Timur meningkat 30.000 pada 2024–2025. Karena itu, peningkatan kualitas dinilai menjadi kunci daya tarik PTS. ABP-PTSI komit meningkatkan pengelolaan agar kualitas PTS semakin meningkat dan tetap menjadi pilihan calon mahasiswa potensial,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum ABP-PTSI, Prof. Dr. Thomas Suyatno, memberikan sorotan mendalam terkait faktor-faktor yang menghambat PTS menuju standar global. “Kelemahan utama dosen PTS adalah pada darma pertama dan kedua, terutama penelitian bereputasi internasional. Bukan hanya keterbatasan kemampuan, dana pun terbatas, kecuali bagi 84 PTS unggul yang saat ini ada,” jelasnya.
 Ia menekankan pentingnya penataan pendanaan penelitian. “Kami mohon agar dana penelitian ditingkatkan dan alirannya ke pendidikan swasta ditata. Di luar negeri, penghasilan terbesar dosen berasal dari penelitian, bukan mengajar,” paparnya.
Menurut Prof. Thomas, tantangan riset di Indonesia juga terkait ekosistem industri yang belum banyak menugaskan penelitian sebagaimana terjadi di negara lain. Hal ini membuat kampus harus mampu menghadirkan kebaruan (novelty) agar tidak tertinggal. Dalam kesempatan yang sama, ia menegaskan bahwa Danantara tidak akan mendirikan perguruan tinggi, menepis isu yang sempat beredar.
Melalui sarasehan ini, YPTA Surabaya dan Untag Surabaya menegaskan peran mereka sebagai fasilitator transformasi PTS Jawa Timur. Dari tata kelola yayasan, internasionalisasi, hingga penguatan riset, forum ini menghadirkan arah baru bagi PTS untuk berkolaborasi dan bersaing sehat di tingkat global. ril/lis
Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry