BOJONEGORO | duta.co – Ratusan orang yang tergabung dalam paguyuban pedagang pasar tradisional Kota Bojonegoro, berziarah ke makam Raden Tumenggung Haryo Matahun 1, Bupati Bojonegoro pertama.

Hal itu dilakukan sebagai upaya menjaga soliditas antar sesama pedagang pasar kota yang 2 tahun belakangan ini mempertahankan lokasi pasar kota dari upaya relokasi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro. Terlebih pasar tersebut merupakan tempat mengais rejeki yang sebagian besar pemilik lapak atau kiosnya adalah ahli waris, artinya hak kepemilikan sudah turun-temurun.

Mustain, salah satu pedagang mengatakan, perseteruan antara pedagang pasar tradisional kota yang sudah berlangsung selama hampir 2 tahun itu telah memunculkan oknum yang berusaha memecah belah solidaritas pedagang yang selama ini tergolong kuat.

“Kuatnya solidaritas kami dalam mempartahankan lokasi pasar yang menyebabkan rencana relokasi belum juga terealisasi,” ucapnya, Jumat (17/3/2023).

Mental dan psikologis pedagang juga diserang untuk melemahkan pertahanan mereka, salah satu contohnya yakni dengan diterjunkanya Satpol PP, petugas Dishub, hingga Petugas Damkar.

Maka dari itu, dengan ziarah tersebut diharapkan dapat memperkuat mental dan soliditas pedagang, karena selain menjadi Bupati pertama Bojonegoro, Raden Tumenggung Haryo Matahun 1 juga merupakan tokoh yang memperjuangkan terbentuknya pasar tersebut pada masanya.

“Kita memilih kesini (ziarah), karena beliau dulu termasuk yang memperjuangkan pasar Kota Bojonegoro,” lanjut Mustain.

Penolakan terhadap upaya Pemkab Bojonegoro memindahkan pasar bukan tanpa alasan, diantaranya yakni tidak adanya sosialisasi terlebih dahulu, selain itu kios yang ditempati telah sah menjadi milik para pedagang, sebab dikuatkan dengan adanya akta sewa beli.

“Akta sewa beli telah kuat secara hukum, karena dibuat dihadapan notaris,” papar Mustain.

Ugik, pedagang pasar kota yang turut dalam rombongan ziarah menyatakan, apa yang dilakukan oleh Pemkab Bojonegoro selama kurun waktu 2 tahun terakhir merupakan representasi dari kolonialisme. Atas dasar tersebut maka dipilihlah makam Raden Tumenggung Haryo Matahun 1 untuk lokasi ziarah, yang menurut cerita Bupati Pertama Bojonegoro juga memiliki jiwa anti penjajahan sehingga menurut mereka memiliki kesamaan dengan kondisi padgaang pasar tradisional saat ini.

“Mbah Haryo Matahun itu punya jiwa tidak mau dijajah,” tukasnya.

Para pedagang pasar tradisonal Kota Bojonegoro itu juga berkomitmen untuk terus melakukan perlawanan terhadap Pemkab Bojonegoro yang selama 2 tahun belakangan berupaya memindahkan lokasi pasar namun belum berhasil.

“Komitmen kita tetap masih sama, lawan Oligarki,” pungkas Ugik dengan tegas. (abr)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry