KOTA BATU | duta.co – Konferensi Pers Penanganan Banjir Bandang Kota Batu diselenggarakan secara daring, Sabtu, (6/11) di Command Center Balaikota Among Tani Batu.

Kasrem 083/Bdj, Letkol Akhmad Juni Toa, yang hadir mewakili Danrem 083/Bdj, Kol. Inf Irwan Subekti, dalam kesempatan tersebut mengatakan, Walikota Batu, Hj. Dewanti Rumpoko, menyebutkan semua korban yang hilang sudah diketemukan dan saat ini seluruh personel yang terlibat dalam Satgas melanjutkan pembersihan sisa-sisa material yang masih menumpuk dan menghambat aliran sungai.

Hal ini untuk mengantisipasi banjir susulan jika di hulu terjadi hujan yang itensitasnya cukup tinggi. Sementara, beberapa tempat yang sebelumnya sangat terdampak juga sudah dibersihkan, seperti jalan yang sekarang sudah bisa dilalui.

“TNI, dalam hal ini Korem 083/Bdj dengan di-backup oleh Kodam V/Brawijaya siap membantu Pemkot Batu saat masa tanggap darurat sampai dengan saat rekontruksi dan rehabilitasi,” ujar Letkol Juni Toa.

Untuk Kota Batu, berdasarkan kajian, termasuk wilayah dengan potensi menengah ke tinggi, khususnya bencana longsor dan banjir. Hal ini diketahui saat disurvei dari udara, ada beberapa sungai purba/sungai mati yang tidak teraliri air.

Sungai purba tersebut saat hujan menjadi titik longsor karena sungai di bagian hulu tidak terlalu lebar, maka material longsor akan menutup badan air menjadi bendung-bendung alam sehingga menutup aliran air dan membendung aliran air di bagian hulu.

Sehingga, saat terjadi curahan hujan yang tinggi, bendung-bendung alam tersebut tidak mampu menahan dan hancur. Karena itu, terjadilah banjir yang membawa volume air besar, material pasir dan pohon tumbang.

“Saat ini, sesuai data BMKG, bahwa La Nina masih akan berlangsung hingga Jan – Feb 2022, sehingga membawa peningkatan frekuensi dan intensitas curah hujan,” kata Kasrem.

Dalam Konferensi Pers tadi, juga direkomendasikan rencana aksi. Pertama, adalah menyuari aliran sungai oleh instansi yang berpengalaman (TNI-POLRI, BASARNAS) untuk melihat titik-titik potensi sumbatan atau bendungan yang diakibatkan oleh alam, khususnya di wilayah hulu.

Kemudian, pembersihan sisa-sisa pohon tumbang di hulu yang masih berpotensi membendung aliran dan tidak kalah penting mengingatkan kepada masyarakat  untuk menghindari pemanfaatan lereng jalur lembah sungai untuk pemanfaatan kebun semusim.

“Lebih baik ditanami vetiver di lereng terjal serta yang paling utama adalah melakukan kesiapsiagaan terutama  masyarakat untuk segera menghindari tempat-tempat disepanjang lereng aliran sungai pada saat hujan deras dan ciptakan early warning system berbasis masyarakat,” tutup Letkol Juni Toa. (Penrem083)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry