Prof. Raditya Sukmana saat dilantik menjadi guru besar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga. DUTA/istimewa

SURABAYA | duta.co  – Gerakan berwakaf kembali digelorakan. Badan Wakaf Indonesia (BFI) pun semakin agresif untuk mengkampanyekan gerakan itu. Tidak hanya berupa benda, namun wakaf bisa dalam bentuk uang tunai, berapapun nilainya.

Memang, wakaf telah mengalami ekspansi di berbagai sektor, seperti wakaf pada bank syariah, pasar saham, dan takaful.

Wakaf bukan sekadar kelembagaan religius yang hanya mengurusi hal-hal keagamaan ritual. Melainkan dapat menjadi “kelembagaan sosio-eknomi” apabila perannya dioptimalkan.

Guru Besar Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Prof Raditya Sukmana mengatakan pengelolaan wakaf seharusnya dapat dikembalikan pada khittahnya.

Yakni pengelolaan secara produktif dengan mengupayakan adanya nilai tambah ekonomi di samping mempertahankan kekekalan pokok aset wakaf dan manfaatnya.

“Optimalisasi peran wakaf bagi pembangunan bangsa diharapkan dapat mengacu pada konsep faith-based impact investing di tengah iklim revolusi industri 4.0 yang berinovasi dengan kehadiran platform digital. Salah satunya melalui penggunaan block chain,” ujar Prof Raditya usai dilantik menjadi guru besar beberapa waktu lalu.

Dikatakannya, pengelolaan wakaf produktif dengan menggunakan Block chain memungkinkan peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan wakaf dari dua sisi.

Pertama, jika wakif dan nazhir (pihak yang menerima harta benda) terhubung pada suatu sistem Blockchain, maka transaksi donasi wakaf dapat dilakukan dengan simultan secara digital dan transparansi.

Kedua, apabila wakaf berbasis Blockchain dapat menjangkau nazhir wakaf global, maka sangat mungkin wakif dari suatu negara untuk berwakaf di negara lain, utamanya negara yang membutuhkan pendanaan pembangunan.

Hal ini dapat mewujudkan dampak pengelolaan wakaf produktif yang bersifat inklusif pada skala global.

Prof Raditya membeberkan masalah wakaf itu dalam orasi ilmiah saat akan pelantikan guru besar yang dilantik Rektor Unair Prof. Dr. Muhammad Nasih, S.E., MT., AK., CMA. Prof. Dr. Raditya Sukmana adalah guru besar pertama dalam bidang ilmu ekonomi Islam.

Prof. Nasih mengatakan bahwa guru besar yang dikukuhkan ini sebenarnya hanya bermuara pada satu yakni meningkatkan kesejahteraan umat.

Sehingga, penelitian maupun produk yang telah dihasilkan dapat diimplementasikan dan digunakan sebaik-baiknya. Yang pada akhirnya ketiga gubes mampu memberikan kontribusi nyata terhadap almamater, juga Indonesia.

“Gubes diharapkan terus meningkatkan upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak cepat bosan. Sehingga mampu menciptakan produk-produk yang lebih baik dan bermanfaat untuk masyarakat,” ujarnya. end/ril

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry