MAKKAH | duta.co – Jamaah haji Indonesia mulai bergerak menuju Arafah pada Rabu 30 Agustus 2017 atau bertepatan dengan 8 Zulhijah 1438 H. Pada saat yang sama, sebagian jamaah ada yang bergerak menuju Mina untuk melakukan Tarwiyah guna menginap (mabit) di lokasi tersebut.
Dirut ATRIA Tours & Travel, Zainal Abidin, kepada wartawan duta.co, mengatakan, rombongan jamaah haji khusus ATRIA yang menginap di Hotel Swissotel Maqam Makkah menuju Arafah pada Subuh Kamis 31 Agustus 2017 untuk melaksanakan ibadah wukuf. “Semoga ibadah kami, dan semua jamaah haji lain, lancar. Dan menjadi haji yang mabrur,” katanya.
Zainal Abidin dan segenap anggota rombongan haji ATRIA meminta maaf dan ridlonya atas segala salah dan khilaf, baik yang disengaja atau tidak. “Begitu juga dari kami baik yang berhubungan langsung atau tidak langsung. Semuga Allah SWT senantiasa Ridlo dengan kita semua sebagai hamba-Nya,” katanya.
Di tempat terpisah Sekretaris Komisi Fatwa MUI yang juga anggota Amirul Hajj, Asrorun Ni’am, menjelaskan, tidak semua jamaah haji melaksanakan Tarwiyah. Ibadah ini adalah menginap (mabit) di Mina pada 8 Zulhijah sebelum wukuf di Padang Arafah.
“Jamaah akan menunaikan salat Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Subuh di Mina. Mereka tidak meninggalkan Mina sebelum terbit matahari di hari Arafah. Hukum melaksanakan Tarwiyah adalah sunah,” kata Ni’am saat ditemui di Makkah, kemarin.
Wukuf adalah rukun haji. Karenanya, seluruh jamaah haji Indonesia harus dipastikan sudah berada di Arafah sebelum pelaksanaan wukuf (Dhuhur tanggal 9 Zulhijah).
“Memobilisasi jamaah haji dalam jumlah besar (lebih dari 200 ribu, Red.), membutuhkan waktu. Karenanya, Pemerintah mengambil kebijakan untuk langsung memberangkatkan jamaah haji Indonesia menuju Arafah untuk persiapan wukuf,” katanya.
Dia mengatakan, hal ini dilakukan demi kemaslahatan. Sebab pelaksanaan rukun hajinya harus lebih diutamakan daripada mengejar sunnah, akan tetapi berpotensi mengganggu pelaksanaan rukun haji, yaitu wukuf. Jika seluruh jamaah digerakkan ke Mina terlebih dahulu, lanjut dia, dikhawatirkan saat pelaksanaan wukuf masih ada jamaah yang berada di luar Arafah.
“Jadi, ini akan berpotensi menghilangkan kesempatan pelaksanaan rukun haji. Karena persoalan teknis pemberangkatan, jamaah masih di luar Arafah,” kata dia.
Sebanyak 16 ribu jamaah haji Indonesia sebelumnya dikabarkan melaksanakan tarwiyah, meski pemerintah tidak merekomendasikan dan memfasilitasi. Mereka menunaikan salat Dhuhur hingga Subuh di Mina. Mereka tidak meninggalkan Mina sebelum terbit matahari pada hari Arafah.
Pantauan di lokasi sejak Selasa malam, 29 Agustus hingga Rabu dini hari, 30 Agustus 2017, jamaah haji dari kloter 047 Jakarta-Bekasi (JKS 047) dan 059 Embarkasi Jakarta (JKG 59) sudah bersiap-siap di pemondokan untuk melaksanakan tarwiyah di Mina. Jamaah haji yang mengikuti tarwiyah dikenai biaya 250 riyal oleh maktab. Namun, bagi sebagian lainnya, harga bisa variatif. Fasilitas yang diperoleh berupa transportasi ke Mina dan dari Mina ke Arafah. Jamaah juga akan dua kali mendapat makan.
Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daker Makkah, Ansor Sanusi, mengatakan jumlah 16 ribu anggota jamaah tersebut terverifikasi per Senin, 28 Agustus lalu pukul 17.00 waktu Arab Saudi.
Ansor mengatakan, meski pemerintah tak bisa melarang pelaksanaan tarwiyah bagi sebagian jamaah haji, pihaknya menekankan penanggung jawab tarwiyah harus memastikan jamaah dalam keadaan sehat. “Kita sudah buat mekanisme surat pernyataan bermaterai secara kolektif,” kata Ansor di Kantor Daker Makkah. * gas