SURABAYA | duta.co – Ancaman pemerintah menutup akun-akun medsos yang dianggap biang rusuh, ditambah memburu tokoh-tokoh penyebar kebencian dengan membentuk Tim Hukum Nasional, ternyata membuat tensi politik kian meninggi.

Ancaman yang disampaikan Menkopolhukam Wiranto ini, ternyata tidak membuat orang takut, sebaliknya semakin berani. “Jawaban saya sederhana, jangan mundur ke belakang, kita harus maju dengan gagah berani,” begitu  tulis Fahri seperti dikutip Suara.com, Selasa (7/5/2019).

Fahri juga menanggapi berbagai macam komentar soal dijadikannya Ustad Bachtiar Nasir (UBN), ulama pendukung capres 02, Prabowo Subianto sebagai tersangka.

UBN, menurut rencana, Rabu (08/5/2019) diperiksa polisi terkait kasus dugaan pengalihan aset Yayasan Keadilan Untuk Semua (YKUS).

Walhasil, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) itu menambah daftar pentolan kubu 02 yang terjerat hukum.

Fahri kemudian mengunggah video Cak Nun yang tak kalah kritis terhadap pemerintah, khususnya polisi. Video tersebut juga viral di media sosial dengan beragam tanggapan dan dukungan.

Dalam video itu, Cak Nun membandingkan Jepang dengan Indonesia, baik dari penegakan hukumnya maupun polisinya. Orang Indonesia, kata Cak Nun, lebih sakti dibandingkan orang Jepang. Mengapa? Karena orang Indonesia bisa melindungi dirinya sendiri.  “Maka tidak ada bangsa yang setangguh dan semandiri bangsa Indonesia,” katanya.

Cak Nun juga menyindir sejumlah elit dan tokoh politik pendukung pemerintah yang kerap menyebut Islam Radikal. “Tidak ada radikalis di Indonesia. Tidak ada, jangan percaya. Yang radikal itu pemerintah,” tegas Cak Nun disambut ‘betul’ para hadirin.

Fahri melalui akun twitternya @fahrihamzah, kemudian menyisipkan komentar pendek. “Silakan edit pemikiran seperti ini.… wahai Tim Khusus Pengawas Omongan Tokoh (TIKTOK). Negara kok kerja ngabisin APBN gak jelas…” tambahnya. (mky, gc,sc)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry