SURABAYA | duta.co – PC PMII Kota Surabaya didera isu tak sedap. Ini menyusul sikapnya menolak rencana deklarasi KAMI di Surabaya. Kini beredar proposal penolakan atas nama PMII Surabaya dengan cara menggelar diskusi yang berlangsung pada 10 September beberapa waktu lalu.

Sayang, pengurus PMII Kota Surabaya saat dihubungi melalui sambungan selulernya, tidak ada respon. Beberapa kali duta.co menyampaikan keinginan wawancara melalui nomer whatsapp Ketua PC PMII Kota Surabaya Nurul Haqqi, juga tidak dibales.

Dari proposal yang beredar, kegiatan diskusi publik bertema “Tolak Deklarasi KAMI di Kota Surabaya” itu dilangsungkan Kamis (10/9) pukul 13.00. Dalam proposal kegiatan itu, banyak menyoroti deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi Jakarta Pusat pada 18 Agustus lalu.

Berdasarkan proposal itu, ditulis bahwa, dasar KAMI yang mengatasnamakan gerakam moral dianggap kebohongan besar. Tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar pada kondisi Indonesia saat ini adalah sebagai upaya untuk mengakumulasi gerakan politik tokoh-tokoh yang tidak mendapatkan kekuasaan.

Mereka juga meminta Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim agar tidak mengeluarkan izin acara. Karena gerakan ini dinilai diinisiasi oleh tokoh yang haus kekuasaan.

Selain itu, mereka juga meminta Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19  Jawa Timur untuk ikut menolak kegiatan deklarasi. Karena mempengaruhi masyarakat menjadi pesimis upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani covid-19.

Tidak lama, muncul berita Pengurus Cabang PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Surabaya bakal mengerahkan massa untuk menggagalkan deklarasi KAMI Jatim. Berita di portal beritajatim.com itu, intinya mereka akan mengerahkan massa untuk membubarkan deklarasi KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) di Surabaya.

Kabar ini kemudian mendapat tanggapan serius M Kholili, mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel (SA) Surabaya. Mahasiswa jurusan Tafsir-Hadits ini, menilai, ancaman pengurus PMII Surabaya itu sebagai langkah mundur organisasi kemahasiswaan.

“Geli saja membacanya. PMII itu organisasi kemahasiswaan, bukan organisasi tawuran. Mestinya PMII hadir sebagai penyeimbang dalam pemikiran. Bukan sedikit-sedikit mengancam demo, kok seakan-akan tidak ada kerjaan saja. Lama-lama mereka distigma sebagai kelompok defisit pemikiran,” jelas Kholili kepada duta.co, Selasa (15/9/2020).

Sampai berita ini diturunkan, kebenaran proposal itu, belum  terjawab. Wartawan duta.co hanya bisa membaca proposal yang beredar, di mana ditulis dalam proposar tersebut, PC PMII Kota Surabaya membutuhkan dana Rp16.945.000. (zi)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry