SURABAYA | duta.co – Viral SURAT PERNYATAAN PCNU Kabupaten Pekalongan, isinya semacam pakta integritas, KESETIAAN KEPADA BAIAT JAMIYAH, tertanggal 04 Agustus 2025. Isinya, terang-terangan terkait kegiatan Dzikir KEBANGSAAN 10 Agustus 2025 di Masjid Istiqlal, Jakarta oleh JATMA ASWAJA dibawah asuhan Habib Lutfi bin Tahya dan Faesal  Helmy.

“Ini bukan bagian dari kegiatan PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama). Jadi bukan kegiatan NU, sehingga pengurus NU tidak perlu melibatkan diri,” demikian disampaikan salah seorang kiai kepada duta.co dengan menyertakan SURAT PERNYATAAN PCNU Kabupaten Pekalongan, Rabu (6/8/25).

Seperti banyak di medsos, bahwa, pengurus Jatma Aswaja akan menggelar Dzikir dan Sholawat kebangsaan di Masjid Istiqlal, Minggu 10 Agustus 2025. Dalam acara tersebut juga ada Bai’at Thoriqoh untuk umum. Para jama’ah Habib Luthfi bin Yahya pun siap berbondong-bondong memadati Masjid Istiqlal demi menghadiri acara tersebut

Dalam semangat kebangsaan dan spiritualitas, Jatma Aswaja akan memulai acara 19.00 WIB hingga selesai. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Pengukuhan Pengurus Besar Jatma Aswaja serta Baiat Kubro Thariqah, yang digagas atas dawuh Maulana Habib Luthfi bin Yahya bersama para kiai, habaib, serta tokoh lintas agama.

Kegiatan ini dirancang sebagai momentum spiritual untuk memperkuat komitmen kebangsaan dan persatuan umat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dzikir Kebangsaan dipandang sebagai ruang kolektif untuk menghadirkan kembali nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menurut Sekretaris Jenderal PB Jatma Aswaja, KH A Helmy Faishal Zaini, kegiatan ini juga akan dihadiri berbagai tokoh penting nasional. “Kami mengundang secara khusus Presiden Republik Indonesia Bapak Prabowo Subianto, Menteri Agama RI, para menteri kabinet, pimpinan TNI/Polri, serta para pemuka agama lintas iman,” jelasnya.

Acara akan diawali dengan Majelis Sholawat Az Zahir, sebagai pembuka suasana penuh mahabbah dan doa untuk keselamatan bangsa. Selanjutnya, akan dilakukan pembacaan ikrar bela negara dan dzikir kebangsaan yang dipimpin langsung oleh para masyayikh dan mursyid thariqah.

Kepada segenap pengurus Jatma Aswaja di seluruh Indonesia, Dr. KH Helmy Faishal menghimbau agar turut menyampaikan informasi ini kepada para jamaah dan muhibbin. “Kami mohon agar seluruh elemen mendukung dan mensukseskan acara ini bersama-sama. Semoga acara ini membawa berkah dan menjadi titik temu spiritual bangsa,” ujarnya lewat media jatma-aswaja.id.

Jelang acara Jatma Aswaja, PBNU dan PCNU Pekalongan merasa perlu menanggapi serius. PBNU menyampaikan instruksi kepada  seluruh warga Nahdliyin dan Pengurus PCNU MWC NU Ranting NU dan Banom Banom di seluruh Tanah Air.

PBNU menyatakan, bahwa acara tersebut tidak ada kaitanya dengan organisasi NU dan bukan agenda resmi dari PBNU. Oleh karena itu, untuk semua warga masyarakat yang berencana menghadiri acara tersebut DILARANG mengatasnamakan NU, dan banom NU, termasuk menggunakan simbol simbol NU.

PCNU Pekalongan pun menerbitkan Surat Pernyataan, mengacu pada Surat Instruksi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Nomor 3975/PB.01/A.II.08.47/99/06/2025 tertanggal 2 Juni 2025 juga hasil musyawarah PCNU Pekalongan bersama Pimpinan Cabang GP Ansor serta Idaroh Syu’biyah Jam’iyyah Ahli Thariqah al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) Pekalongan pada 2 Agustus 2025 lalu.

Hasilnya, setiap fungsionaris pengurus dan kader Nahdlatul Ulama berkewajiban menjaga ukhuwah basyariyah, ukhuwah wathoniyah, ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah nahdliyah. Maka, setiap fungsionaris pengurus dan kader Nahdlatul Ulama berkewajiban mencegah terjadinya perpecahan.

Selanjutnya, setiap fungsionaris pengurus harus istiqomah dalam disiplin organisasi sesuai dengan bai’at jam’iyyah engan tidak mellbatkan dini dan atau menjadi bagian dari organisasi yang berpotensi mengganggu konsolidasi dan keutuhan Jamiyyah Nahdlatul Ulama, termasuk keikutsertaan kegiatan DZIKIR KEBANGSAAN pada tanggal 10 Agustus 2025 di Masjid Istiqlal Jakarta yang diselenggarakan oleh JATMA ASWAJA. Ini bukan bagian dari kegiatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

“Pernyataan sikap ini disampaikan untuk dipedomani dalam berjam’iyyah, dan atas perhatian serta kerjasamanya dihaturkan terimakasih,” demikian bunya surat pernyataan yang diteken KH Baihaqi Anwar (Rais) dan Ketua PCNU Pekalongan KH Muslikh Khudlori, MSI.

Geruduk Istiqlal

Penolakan keras juga datang dari kelompok yang menamakan diri Perjuangan Walisongo Indonesia – Laskar Sabilillah (PWI-LS). Melalui sejumlah unggahan di media sosial, PWI-LS menyatakan bahwa mereka menolak kehadiran Habib Luthfi di Masjid Istiqlal karena dianggap “membelokkan sejarah perjuangan Islam Nusantara” dan “mengagungkan keturunan imigran Hadrami.”

Habib Luthfi mewarisi pandangan sejarah dari Usman bin Yahya, Mufti Batavia yang menjadi bagian dari jaringan kekuasaan kolonial Hindia Belanda,” bunyi salah satu unggahan dari simpatisan PWI-LS di Facebook. “Kami tidak bisa menerima tokoh keturunan pengkhianat bangsa berdakwah atas nama nasionalisme di rumah ibadah negara.” Sebagaimana diunggah https://suaranasional.com.

PWI-LS menuduh bahwa narasi yang dibawa oleh Habib Luthfi dan para ulama thariqah lebih mengedepankan glorifikasi terhadap peran imigran Yaman ketimbang perjuangan ulama lokal seperti Sunan Gunung Jati, Pangeran Diponegoro, dan tokoh-tokoh pejuang pribumi lainnya. Mereka menilai bahwa narasi ini melemahkan identitas Islam Nusantara yang diperjuangkan oleh Walisongo.

Yang membuat suasana kian tegang, sejumlah akun pendukung PWI-LS menyerukan aksi langsung ke lokasi kegiatan. Tagar seperti #GerudukIstiqlal dan #TolakLuthfi viral di grup Telegram dan Facebook, bahkan disertai ajakan untuk “membubarkan” acara.  “Malam 10 Agustus, kita turun. Jangan biarkan Istiqlal jadi panggung sejarah palsu,” tulis akun anonim di grup Telegram Pejuang Luruskan Sejarah. (mky)

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry