Tsamara Amany (kiri) dan Hendro T Subiyantoro. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Sikap reaktif Partai Solidaritas Indonesia (PSI) terhadap rival politiknya, terutama yang mengkritisi Jokowi, menuai kecaman. Sejumlah mahasiswa mengaku muak dengan manuver PSI, karena dianggap sudah menjadi underbow politik Jokowi.

“Akhirnya apa yang disebut politik ‘ember’ seperti disampaikan Hendri Satrio (Pengamat dari Universitas Paramadina red), menjadi benar. Dia tidak pernah berpikir bagaimana dampak buruknya dari manuver politik itu. Bagi mereka, yang penting menang, kuasa,” demikian disampaikan Hendro T Subiyantoro, Mantan Ketua Umum PMII Jatim kepada duta.co, Selasa (25/9/2018).

Hendro kemudian mencermati cara-cara Relawan Pro Jokowi (Projo) ini. Salah satunya seperti disampaikan Wakil Direktur Pemilih Muda/Milenial TKN Jokowi-Ma’ruf, Tsamara Amany (Ketua DPP PSI), yang menuding Fadli Zon melawan orang kampung karena menggunakan kata-kata kampungan.

“Mungkin Pak Fadli, Pak Prabowo dan Pak Sandi adalah terbiasa hidup nyaman di kota dan tak tahu realitas kampung dan desa,” begitu Tsamara dalam keterangan pers yang diterima Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (25/9).

Tsamara kemudian menyebut orang kampung yang hidup di desa, ada juga yang pintar. Mereka banyak yang merantau ke kota, bekerja keras, dan jadi orang hebat. Maka dari itu, sikap Fadli tersebut dinilai sebagai sikap yang meremehkan orang kampung, karena tak pernah melihat kerja keras dan kesuksesan mereka.

“Ini cara-cara kolonial, mirip dengan gaya komunis, berbahaya! Semua orang tahu kata kampungan dengan kampung, itu berbeda. Menyebut Pak Prabowo Pak Sandi tidak tahu realita kampung dan desa, ini cara-cara komunis membenturkan lawan politik dengan masyarakat luas,” jelas Hendro yang juga mantan Wakil Ketua GP Ansor Jatim tersebut.

Gaya ‘Membakar’ Akar Rumput

Masih menurut Hendro, Tsamara Amany perlu ‘piknik wawasan’, supaya tahu bagaimana kiprah Pak Prabowo, Pak Sandi dalam mengiringi kehidupan orang miskin, termasuk kampung. “Pak Prabowo itu pernah menjadi Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia HKTI, Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), betapa banyak pertanian dan peternakan yang dikerjakan orang-orang kampung. Begitu juga Pak Sadiaga Uno.”

Jadi, lanjut Wakil Ketua Pemuda Tani Indonesia ini, sangat jauh, kiprah Tsamara Amany tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Anak-anak muda, generasi milenial, paham dengan gaya politik PSI ini. Hanya untuk mengejar kekuasaan, mereka rela elemen bangsa ini berbenturan, cakar-cakaran, bahkan saling serang.

“Dia bilang jangan hina mereka (orang kampung), karena sama saja menghina Indonesia. Kalimat ini berupaya untuk ‘membakar’ akar rumput agar benci Pak Fadli, tidak pilih  Pak Prabowo  dan Pak Sandi. Ini gaya kolonial dan komunis untuk bisa berkuasa,” pungkasnya. (mky)