Gus Khozin (kanan), Azhar dan Faris. (FT/duta.co)

SURABAYA | duta.co – Museum Nahdlatul Ulama (NU) telah memberikan sumbangsih yang besar dalam pemahaman Islam ala Ahlussunnah wal jamaah an-nahdliyah di Indonesia. Pemahaman Islam ini memiliki korelasi yang kuat terhadap wawasan kebangsaan.

“NU telah memberikan kontribusi besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejarah NU harus terpartri kuat di benak anak bangsa. Karena itu, Museum NU ini harus menjadi rujukan kader-kader nahdliyin dan bangsa Indonesia umumnya,” jelas Prof Dr Mukhrojin, Dosen PAI (Pendidikan Agama Islam) di sebuah Kampus di Surabaya, kepada duta.co, Kamis (28/8/25).

Menurut Gus Khozin, panggilan akrabnya, menjaga Museum NU memang tidak mudah. Bukan cuma butuh SDM (Sumber Daya Manusia) saja, melainkan juga butuh dukungan dana yang kuat.

Turis asing juga tertarik mempelajari sejarah NU

Selain itu, tegasnya, kondisi umat yang masih terseok-seok soal ekonomi membutuhkan kebersamaan, kekompakan, terutama dukungan para aghniya atau muzakki. “Saya siap kawal aksi kemanusiaan (AKSAN) Museum NU. Ini akan menjadi gerakan peduli sesama,” urainya.

Masih menurut lelaki asal Bunyuwangi ini, jaringan para aghniya (orang kaya) atau muzakki (orang Muslim yang berkewajiban zakat) sangatlah besar. “Tidak perlu jauh-jauh, melalui jaringan sahabat almaghfurlah Cak Anam (Choirul Anam Red,) Museum NU yang digagas Gus Dur (almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid) ini, bisa berkembang pesat. Hanya butuh mobilisir saja,” tegasnya.

Mahasiswi UNUSA merampungkan pengabdian di Museum NU

Gus Khozin juga menyuguhkan konsep penataan Museum NU ke depan. “Melihat tulisan Cak Anam, Museum NU ini digagas Gus Dur, diresmikan KH Sahal Mahfudz dan ditunggui KH Yusuf Hasyim (Pak Ud). Ini menandakan betapa pentingnya keberadaan Museum NU, apalagi membaca misi Gus Dur yang ditulis Cak Anam tentang Museum NU, sangat urgen,” tambahnya.

Soal SDM, lanjutnya, tidak akan kekurangan. Banyak anak muda NU yang memiliki potensi hebat dan bisa dimanfaatkan untuk Museum NU. Di samping itu, belakangan banyak mahasiswa yang meneliti tentang fiqh NU, baik dalam bermuamalat mau ibadah.

“Hari ini Museum NU dijaga Mas Faris (Faris Habiburrahman Lc red) dan Mas Azhar (Muhammad Azharudi red) alumni Pondok Gontor. Secara SDM kita sudah mumpuni,” terangnya.

Awal September besok, tegas Gus Khozin, ada sejumlah mahasiswa dari UNESA (Universitas Negeri Surabaya) yang akan magang di Museum NU. Ini bisa diajak kolaborasi untuk menyuguhkan materi Museum NU sehingga lebih cocok untuk kader-kader milenial.

Anak-anak begitu antusias mempelajari sejarah NU. FT/duta.co

“Begitu juga kampus-kampus lain, seperti UNAIR, UIN SA, UNUSA, dan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang, baru saja mahasiswanya menyelesaikan magang di sini,” jelasnya.

Dengan begitu, ujarnya, Museum NU akan memberikan banyak manfaat untuk umat. “Nah dengan AKSAN, saya yakin keberadaan Museum NU semakin bermanfaat. Bisa mengiringi beasiswa pelajar, mahasiswa juga untuk mengimbangi kegiatan yang dilakukan Disparta (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan) Jawa Timur,” pungkasnya. (mky)

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry