KEDODORAN?: Selama ini belum pernah ada pencatatan hasil quick count yang 'kedodoran' dan serba keliru menampilkan angka. (FT/IST)

JAKARTA | duta.co – Pelan-pelan kerja lembaga survey yang telah sibuk meluncurkan hitung cepat alias quick count, dipreteli. Di Provinsi Bengkulu. Menurut Juru Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Arief Poyuono, sudah kelihatan mencleknya. Ini Menjadi bukti kalau lembaga survei hanya membangun opini sesat.

Menurut Arief Poyuono, opini sesat itu diduga sengaja dibangun untuk memuluskan kecurangan menuju real count, ini demi memenangkan pasangan tertentu.

“Buktinya, quick count salah total di Bengkulu. Ini bukti awal kalau quick count digunakan untuk membangun opini sesat oleh lembaga survey. Tujuannya untuk melakukan kecurangan saat real count  harus memenangkan pasangan tertentu,” katanya dalam keterangan persnya, Minggu (28/4/2019).

Masih menurut Arief Poyuono, tujuan lain dari quick count adalah untuk melemahkan harapan dan semangat mayoritas masyarakat Indonesia yang memang ingin ganti presiden. Ditekankan Arief bahwa masyarakat Indonesia tak akan bisa dibohongi dan dibodohi quick count lembaga-lembaga survei yang sebenarnya hanya cari keuntungan.

“Apalagi sekarang kecurangan-kecurangan yang banyak menguntungkan Pasangan 01 di era kemajuan teknologi bisa langsung diketahui dan disebar masyarakat melalui medsos,” imbuhnya.

Seperti kita lihat, Jumat (26/4/2019) KPU sudah menghitung 100 persen perolehan Bengkulu. Tercatat dari seluruh TPS (6.165 TPS) Bengkulu telah selesai input. Berdasarkan data yang masuk, pasangan calon (paslon) nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menang dari paslon 01, Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin.

Padahal, sebelumnya seluruh data quick count memenangkan Jokowi-Ma’ruf, Prabowo-Sandi kalah. Hasil realnya? Prabowo-Sandi memperoleh 50,12 persen, dengan total perolehan suara, atau sebanyak 585.480. Sementara Jokowi-Ma’ruf Amin mendapatkan 49,88 persen atau 582.587 suara masyarakat. Nah?

Untuk itu, diingatkannya Arief, jika kecurangan dilakukan untuk mendapatkan kemenangan, maka itu bisa menciptakan kerusuhan. Sebab katanya bukan tidak mungkin masyarakat akan merasa ditipu dan dicurangi oleh lembaga survei, KPU, kubu 01. Parahnya lagi, ada dugaan kalau aparat Polri telah berlaku tidak netral.

“Ingat ya, jangan sampai  kerusuhan akibat kecurangan di Pilpres bisa menyebabkan disintegrasi bangsa loh,” pungkas Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini. (rmol)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry