“Namun demikian tetap ada manfaat tesis KH Imaduddin dan gerakan ini, yaitu dapat menghentikan arogansi sebagian habaib termasuk ketua rabithonya yang narasinya tidak qoulan Ma’rufa.”
Oleh Mukhlas Syarkun
BELAKANGAN ini ramai soal pernyataan Rais Aam PBNU, KH Miftakhul Achyar, yang menyebut bahwa kelompok yang membangun narasi dan konsolidasi dalam rangka membatalkan nasab klan Ba’alawi itu terpapar khawarij. Benarkah demikian..?
Coba kita telaah lebih jauh: Pertama, telah ijma’ (naqobah diberbagai negara) bahwa nasab klan Ba’alawi ini sambung, sementara KH Imaduddin Utsman al-Bantani dkk membatalkan nasabnya. Artinya menyalai ijma’. Maka mereka telah keluar dari ijma, sementara PBNU dasar pijakan Alquran, Sunnah Nabi, Ijma’ dan Qiyas.
Dengan demikian masuk kategori khawarij keluar dari ijma’. Itu yang pertama.
Kedua, mereka ulama mu’tabar yang memiliki otoritas keilmuan,seperti Ibnu Hajar, dan ulama nasab kelas dunia, juga punya otoritas sebagai ahli sejarah seperti Buya Hamka, ulama seperti Prof Quraish Shihab, termasuk juga Gus Dur mereka mempunyai otoritas keilmuan dan tidak membatalkan.
Dengan demikian KH Imaduddin dengan tesisnya dan teman-temannya boleh dikatakan kaum khawarij keluar dari pendapat ulama yang punya otoritas keilmuan keluar dari ulama mu’tabar.
Ketiga, Struktur PBNU (Ketua Umum), dan jajarannya seperti KH Fahrul Rozi, juga jajaran Rais Syuriah seperti KH Afifudfin Muhajir tidak membatalkan nasab klan Ba’alawi. sementara KH Imaduddin dan teman-temannya menentang bahkan membully tokoh tokoh tersebut.
Di sinilah maka wajar kemudian mereka dianggap kaum khawarij. Keluar dari pendapat struktur PBNU.
Keempat, pesantren-pesantren besar seperti sarang Rembang, Lirboyo, Poloso dan juga pesantrennya Kiai Syukron dan lain lain tidak membatalkan nasab. Sementara KH Imaduddin dan kawan-kawan meyakini itu tidak tersambung. Inilah yang menjadi indikasi bahwa mereka menjadi khawarij dari komunitas pesantren.
Kelima, Aswaja akan selalu bersama dalam barusan as-sawad al-a’dhom, yaitu kelompok mayoritas dan tidak membatalkan nasab klan Ba’alawi.
Sementara KH Imaduddin dan kawan kawan keluar dari kelompok mayoritas. Inilah karaktristik kaum khawarij.
Demikianlah, jika kita memahami narasi yang disampaikan oleh Rais Aam bahwa mereka (pembatal nasab klan Ba’alawi) telah terpapar dengan pemikiran dan tindakan kaum khawarij.
Namun demikian tetap ada manfaat dari tesis KH Imaduddin dan gerakan ini, yaitu dapat menghentikan arogansi sebagian habaib termasuk ketua rabithonya yang narasi nya tidak qoulan Ma’rufa..Bukankah demikian..waallahu’alam.(*)