Sitipati, nareprabu utamestu, papatih nindhita, pranayaka tyas basuki, panekare becik-becik cakrak cakrak. Para pemimpin mengatakan se-olah-olah bahwa semua berjalan dengan baik padahal hanya sekedar menutupi keadaan yang jelek.”
Oleh : Ki Hargo Carito

ZAMAN Kalabendu secara harfiah dapat diartikan sebagai zaman penuh kesengsaraan. Fitnah menyebar dimana-mana, keluarga terpecah belah, kehidupan susah, kolusi, korupsi dan nepotisme merajalela, dan para pemimpin kehilangan wibawa. Kalau berbicara tidak bisa dipercaya.

Melihat ciri-cirinya, banyak yang menilai saat ini kita tengah memasuki zaman itu. Sebuah masa transisi dari zaman keburukan menuju zaman yang baik. Dari zaman Kalabendu menuju zaman Kalasuba. Zaman adil makmur.

Konsep ini mirip dengan doktrin dalam ajaran Islam yang mengajarkan kita untuk meyakini, bahwa di setiap kesulitan, pasti ada kemudahan. Inna ma’aal ‘usri, yusro.  (Dua kali ayat ini diulang di surat Alam Nasyrah QS 84 ayat 5 dan 6. red.)

Zaman Kalabendu ini pernah diprediksi oleh Prabu Jayabaya, dan pujangga besar Jawa Raden Ngabehi Ranggawarsita.

Banyak orang yang menyebut hal itu sebagai ramalan. Namun jika kita telaah lebih jauh sebenarnya itu bukanlah sebuah ramalan belaka. Lebih tepat kita sebut sebuah peringatan dari seseorang yang waskitha. Seorang cerdik pandai, yang menetapkan standar moral berdasarkan pada sebuah ciri-ciri dari suatu masa.

Mereka adalah orang-orang pandai dan bermoral yang punya pandangan jauh ke depan, melebihi orang-orang pada masanya. Karena kemampuannya melihat sesuatu melampaui masanya, banyak yang menyebutnya sebagai ramalan.

Prabu Jayabaya menyebut zaman Kalabendu mempunyai enam ciri : Pertama kehidupan masyarakat sangat sulit. Apa-apa mahal. Kedua,  banyak bapak lupa anaknya, dan keluarga bercerai berai. Ketiga, banyak orang yang berkhianat, termasuk kepada kawan sendiri.

Keempat, orang yang bicara ngawur (sedang) berkuasa. Modalnya berani bersuara lantang. Kelima, orang yang berkuasa jahat, dan rakyat kecil kian terpencil. Keenam, para pemimpin mengangkat kawan-kawan sendiri dengan cara yang tidak adil.

Sementara dalam Serat Centini  Ranggawarsita menyebut zaman Kalabendu sebagai suatu masa dimana ”Wong agunge padha jail kurang tutur, marma jeng pamasa, tanpa paramarteng dasih, dene datan ana wahyu kang sanyata.“ Para pemimpinnya jahil. Kalau berbicaranya ngawur, tidak bisa dipercaya dan tidak ada wahyu yang sejati.

Tanpa kangen mring mitra sadulur, tanna warta nyata,akeh wong mlarat mawarni, daya deye kalamun tyasenalangsa. Tidak ada rasa rindu kepada teman dan saudara, tidak pernah memberi kabar berita. Jumlah orang miskin semakin banyak, dan kehidupannya semakin menderita.

Krep paprangan, sujana kapontit nurut, durjana susila dadra andadi, akeh maling malandang marang ing marga. Banyak peperangan yang melibatkan para penjahat, kejahatan dan pemerkosaan makin menjadi-jadi dan banyak pencuri malang melintang di jalan-jalan.

Bandhol tulus, mendhosol rinamu puguh, krep grahana surya, kalawan grahana sasi, jawah lindhu gelap cleret warsa.  Alampun rusak, banyak terjadi gerhana matahari dan bulan, hujan abu dan gempa bumi.

Prahara gung, salah mangsa dresing surur, agung prang rusuhan, mungsuhe boya katawis, tangeh lamun tentreming wardaya. Terjadi prahara besar dan salah musim, banyak terjadi kerusuhan, tidak ada rasa tenteram dihati.

Dalajading praja kawuryan wus suwung, lebur pangreh tata, karana tanpa palupi, pan wus tilar silastuti titi tata. Negara kehilangan wibawa , semua tata tertib, keamanan, dan aturan telah ditinggalkan.

Pra sujana, sarjana satemah kelu, klulun Kalathida, tidhem tandhaning dumadi, hardayengrat dening karoban rubeda. Para penjahat maupun para pemimpin tidak sadar apa yang diperbuat dan selalu menimbulkan masalah  dan  kesulitan.

Sitipati, nareprabu utamestu, papatih nindhita, pranayaka tyas basuki, panekare becik-becik cakrak cakrak. Para pemimpin mengatakan se-olah-olah bahwa semua berjalan dengan baik padahal hanya sekedar menutupi keadaan yang jelek.

Silakan disimpulkan sendiri, benarkah saat ini kita telah memasuki zaman yang mempunyai ciri-ciri seperti pernah disampaikan oleh Prabu Jayabaya dan Raden Ngabehi Ranggawarsita. Waallahu’alam bisshawab. (*)

 

Foto Ary Djohan AM Nasution – WordPress.com

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry