BANJAR | duta.co – Perhelatan Musyawarah Alim Ulama dan Konferensi Besar (Munas-Konbes) Nahdlatul Ulama 2019 di Banjar, Rabu (27/2/2019), diwarnai spanduk dari kubu capres Prabowo Subianto – Sandiaga Uno. Hal ini menarik perhatian publik sebab yang punya gawe, PBNU, disebut-sebut pro-capres petahana Joko Widodo (Jokowi). Karena itu pula di ajang ini ada ratusan spanduk yang bergambar paslon nomor urut 1, Jokowi-Maruf. Tapi toh ada juga spanduk yang bergambar paslon nomor urut 2, Prabowo-Sandi. Ini bukti di kalangan NU masih banyak yang mendukung Prabowo-Sandi.
Spanduk itu bertulis kalimat ‘Selamat Datang Peserta Munas Alim Ulama Dan Konbes Nahdlatul Ulama Di Kawasan Pemenangan Prabowo-Sandi’, lengkap dengan gambar pasangan Prabowo-Sandi dan partai pengusungnya. Lokasi spanduk berdiri hanya berjarak sekitar 500 meter dari lokasi acara.
Belum diketahui secara pasti siapa pihak yang memasang spanduk tersbeut. Namun, peserta Munas cuek dengan hadirnya spanduk tersebut.
“Warga NU itu demokratis. Beda pilihan oke, tapi sebagai sesama NU harus bersatu. Kita boleh memilih Prabowo-Sandi meski pimpinan PBNU mengarahkan ke Jokowi,” kata Salahuddin, nahdliyinh, di sela-sela acara itu.
Gelaran Munas-Konbes NU di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo ini turut dihadiri cawapres KH Ma’ruf Amin, Yenny Wahid, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri BUMN Rini Soemarno, Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, serta eks Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan.
“Tadi saya melihat sejumlah tokoh NU yang mungkin beda pilihan dan pandangan juga hadir tapi tidak di panggung utama. Beliau-beliau tetap hadir melihat situasi, khususnya apa yang terjadi pada NU sekarang,” katanya lagi. “Melihat kondisi NU sekarang, saya membenarkan pendapat Cak Anam bila NU sudah terlalu jauh diseret ke politik praktis,” tambahnya.
Main Dua Kaki
Sebelumnya, mantan Ketua Gerakan Pemuda Anshor Jawa Timur, Choirul Anam (Cak Anam), mengkritik PBNU. Khususnya soal pengusungan mantan Rais Aam PBNU KH Maruf Amin sebagai calon wakil presiden hingga NU pun ditunggangi kepentingan politik elitenya. Kalangan pengamat menilai hal itu mempertegas dugaan bahwa NU ingin “main dua kaki” di Pilpres 2019.
Begitu kata analis politik dari Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago. Menurutnya, perbedaan pandangan di tataran struktur NU lumrah terjadi. Bahkan hal tersebut sudah pernah terjadi sebelumnya.
“Kalau kita mencermati, NU itu dari dulu memang nggak mau ‘main satu kaki’. Mereka ingin memang ‘main dua kaki’. Jadi nggak ada resiko. Itu yang pertama. Siapapun yang menjadi presiden, NU yang menang banyak gitulah kira-kira,” katanya.
Buktinya, sambung Pangi, pada Pemilu 2014 lalu, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mendukung Prabowo Subianto. Tapi di satu sisi, Kiai Said membebaskan warga NU untuk memilih calon pemimpinnya.
“Said Aqil Siradj dukung Prabowo tahun 2014 kita tahu itu, tapi di bawah-bawahnya kan dukung Jokowi,” tekannya.
Artinya, bisa jadi kondisinya sekarang sama. Kiai Said mendukung Jokowi tapi membiarkan warga nahdliyin memilih Prabowo-Sandi. Bahkan, mungkin ada gerakan di bawah agar memilih Prabowo-Sandi. “Kiai Said kan dulu mendukung Prabowo, jadi sekarang tetap mendukung Prabowo tapi dengan caranya sendiri hehehehe…Bila benar, Jokowi rugi tuh!” kata Syamsul Hadi, warga Jombang, Kamis pagi tadi.
Cak Anam mengatakan bahwa NU mengalami pelemahan secara organisasi. Hal itu lantaran capres petahana, Joko Widodo menarik Rais Aam PBNU KH Maruf Amin sebagai cawapres. Posisi Kiai Maruf sebagai cawapres, sambungnya, turut membuat internal PBNU bergejolak dan akhirnya terseret dalam muatan politis yang dalam. (rmol/wis)
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry