Gus Muhdlor dalam Sidang TIPIKOR (FT/antara)

SIDOARJO | duta.co — Ketua Umum JCW (Java Corruption Watch) Sigit Imam Basuki ST, mengaku sedih mendengar keterangan sejumlah saksi terkait dugaan korupsi bupati nonaktif Gus Muhdlor. Dari ruang sidang itu, terlihat, betapa duit rakyat dipakai seenaknya. Tidak ada rasa takut dengan sumpah jabatan, apalagi dengan Allah SWT.

“Prihatin. Moralitas pejabat kita ambruk. Dengan enaknya menggunakan duit rakyat untuk kepentingan sendiri. Tidak peduli dengan amanah, sumpah jabatan. Baginya, yang penting happy. Ini berbahaya. Harus jadi pelajaran bersama, setidaknya jadi pertimbangan dalam coblosan Pilkada 27 November nanti,” tegas Sigit kepada duta.co, Selasa (15/10/24).

Ketua Umum JCW Sigit Imam Basuki ST (tengah) rela turun gunung (FT/IST)

Menurut Sigit, warga Sidoarjo harus belajar dari ruang sidang Tipikor (tindak pidana korupsi). Mengapa? “Karena sudah 3 bupati kita, secara berturut-turut dibui karena korupsi. Ulama kita juga memanti-wanti agar tidak jatuh dua kali dalam lubang yang sama. Masak kita mau jatuh 4 kali dalam lubang yang sama,” tegasnya.

Itulah sebabnya, tegas Sigit, dirinya siap turun gunung. Ia mengaku siap berjibaku agar Kabupaten Sidoarjo benar-benar bersih dari dinasti korupsi. “Ini perlu perjuangan, perlu kerja keras. Bukan tidak suka kepada seseorang, tetapi, lebih melihat nasib jutaan rakyat Sidoarjo. Bagi kami, Kota Udang ini harus bersih dari anasir korupsi, tanpa itu kita tidak bisa membangun,” urainya.

Seperti diberitakan, sidang Tipikor dengan terdakwa Gus Muhdlor kemarin berlangsung seru. Ia karena menghadirkan orang-orang dekatnya, seperti mantan asisten pribadi Gus Muhdlor, Aswin Reza Sumantri. Selanjutnya suami Siskawati, Agus Sugiarto, M Robith Fuadi, mantan sopir Ari Suryono, Faridz Farah Zein dan juga mantan sopir Gus Muhdlor, Achmad Masruri.

Dari keterangan Masruri, misalnya, tergambar betapa duit rakyat dengan mudah dibuat bancaan. Sementara warga Sidoarjo masih banyak yang hidup kelimpungan. Masruri, mengaku kerap diberi uang pulsa oleh Ari Suryono sebesar Rp 500 ribu perbulan. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan Masruri untuk meminta uang kepada Ari Suryono.

“Meminta uang operasional mengatasnamakan bupati atas inisiatif saya sendiri biar dikasih. Yang terakhir 2023 itu dikasih Bu Siskawati langsung. Untuk uang pulsa biasanya setiap awal bulan dikasih. Jadi untuk chat dengan Pak Farid ‘biasanya’ itu meminta uang pulsa,” ujarnya sebagaimana dikutip radarsidoarjo.jawapos.com.

Masruri juga bercerita tentang kepergiannya ke Maroko bersama Bupati Muhdlor. Ia mengisahkan soal paket bupati yang datangnya lambat. Di sini juga ada kaitanya dengan duit (insentif) pajak. Menanggapi hal itu, JPU KPK Andry Lesmana mengatakan, kesaksian para saksi masih akan diuji di sidang selanjutnya.

Merapatkan barisan ke pasangan Subandi-Mimik, nomor urut 1. (FT/IST)

Mendengar kisah ini, Ketua Umum JCW, geleng-geleng kepala. Bancaan duit rakyat itu berjalan lancar. Tidak ada yang mengingatkan. “Bayangkan, ini yang sepele. Bagaimana dengan proyek-proyek besar? Jelas mengerikan. Karena itu jangan ada dinasti korpusi di daerah ini. Saya bertekad memenangkan Subandi-Mimik karena keduanya tidak ada benang merah dengan korupsi, titik,” pungkasnya. (loe)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry