Dekan FK Unair, Prof Budi Santoso. DUTA/endang

FK Unair Berharap Bisa Jadi Jujukan Tata Laksana se-Indonesia

SURABAYA | duta.co – Plasenta akreta sampai saat ini masih menjadi momok bagi para ibu hamil. Jika tidak ditangani dengan baik,  bisa menyebabkan kematian.

Plasenta akreta sendiri merupakan keadaan di mana ari-ari menempel terlalu dalam pada dinding rahim, bahkan bisa menjalar hingga ke saluran kemih hingga usus.  Penyebabnya pun beragam namun kasus ini kadang terlambat ditangani karena tidak ada keluhan awal yang dirasakan pasien.

Di RSU dr Soetomo sendiri sejak 2016 sudah menangani 477 kasus dan pada tahun ini sebanyak 81 kasus.

Selama ini, pasien yang mengalami kondisi ini pasti akan melakukan operasi angkat rahim. Namun, seorang dokter dari Argentina  bernama Prof Jose M Palacios- Jaraqueemada, MD, PhD bisa menangani lebih dari seribu pasien plasenta akreta, 80 persen berhasil melakukan tindakan tanpa angkat rahim.

Karena itulah Departemen Obstetri dan Ginekologi (Obgin), Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) mengundang Prof Jose sebagai dosen tamu program adjunct professor. Inagurasi program adjunct professor ini dilakukan Dekan FK Unair, Prof Budi Santoso, SpOG(K) bersama jajarannya, Rabu (24/11/2021).

Prof Budi Santoso mengatakan  kehadiran Prof Jose sebagai guru besar mitra mampu memberikan edukasi kepada para ahli obgin dari FK Unair maupun dari berbagai kota di Indonesia sehingga kemampuan yang dimiliki Prof Jose bisa diterapkan di Indonesia. “Sehingga membantu menekan angka kematian ibu karena pendarahan akibat plasenta akreta,” kata Prof Bus, panggilan akrab Prod Budi Santoso.

Prof Jose merupakan ahli ke-8 dalam program adjunct professor FK Unair. “Kita sudah beberaoa kali undang beliau untuk kuliah tamu. Sekarang baru program adjunct professor,” tambah Prof Bus.

Inisiator program adjunct professor Prof Jose, dr Rozi Aditya Aryananda, SpOG.,  menambahkan penanganan plasenta akreta diperlukan amanjemen yang baik sejak awal. Mulai dari deteksi, sistem rujukan rumah sakit hingga tata laksana operasi.

Karenanya, diharapkan melalui adjunct professor ini, dokter dari FK Unair – RSU dr Soetomo bisa mempelajari tata laksana operasi kelahiran ibu plasenta akreta yang baik. Tanpa perlu melakukan tindakan pengangkatan rahim seperti yang dilakukan oleh Prof Jose.

Dokter dari Divisi Fetomaternal terkhusus plasenta akreta RSU dr Soetomo ini memaparkan, di Soetomo sendiri, kelahiran dengan plasenta akreta biasanya dilakukan sampai mengangkat rahim. Dan jalan untuk penyelamatan ibu menurut rekomendasi luar negeri adalah pengangkatan rahim.

“Namun setelah kami melakukan diskusi dan sharing pengetahuan mengenai tata laksana plasenta akreta sejak 2016 dengan Prof Jose, kita menimbang bahwa penanganan plasenta akreta bisa lebih baik tanpa perlu mengangkat rahim,” tambahnya.

Dokter Rozi menambahkan, dengan kerjasama ini, Departemen Obgin FK Unai – RSU dr Soetomo berencana akan menjadi pionir dalam pelatihan tata laksana dan manajemen kelahiran dengan plasenta akreta tanpa pengangkatan rahim dengan negara berkembang lain.

Ketua Departemen Obgin FK UNAIR, Dr. Brahmana Askandar Tjokroprawiro, Sp.OG(K), K-Onk menuturkan, adjunct professor ini   merupakan wujud dukungan departemen dalam upaya internasionalisasi FK UNAIR.

“Saat ini di departemen kami sudah ada dua adjunct professor. Tentu ke depan kami berharap akan ada lebih banyak lagi,” tambahnya.

Dokter Brahmana berharap, melalui penganugerahan adjunct professor ini, akan lahir lebih banyak penelitian kolaborasi multidisiplin dan multicentre. Juga peningkatan dalam kemajuan pengetahuan dokter khususnya para spesialis obgyn di Surabaya dan di Indonesia.  ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry