
MALANG | duta.co – Tidak banyak yang tahu, bahwa, KH Muhammad Yusuf Hasyim yang akrab dipanggil Pak Ud, menyimpang segudang perjalanan menarik. Salah satunya dibedah Mochamad Irfan Yusuf (Gus Irfan), sang putra sampai dia menyandang gelar doktor di Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Senin (24/2/2025), Gus Irfan menjalani ujian terbuka dengan disertasi bertema Kepemimpinan Transformasional KH Muhammad Yusuf Hasyim dalam Melestarikan Tradisi Indonesia di Pesantren Tebuireng Kabupaten Jombang.
Dalam sidang terbuka tersebut, Gus Irfan yang notabene Kepala Badan Penyelenggara Haji (BPH) berhasil mempertahankan hasil penelitiannya di hadapan para penguji dan dinyatakan lulus. Dengan keberhasilannya ini, ia menjadi doktor ke-684 dari program doktoral Pascasarjana UIN Maliki Malang.
“Alhamdulillah, saya menyampaikan terima kasih atas bimbingan seluruh dosen, keluarga besar UIN Maliki Malang, keluarga besar Pondok Pesantren Tebuireng, keluarga besar BPKH, serta keluarga besar Partai Gerindra,” ungkapnya dalam sesi penutupan.

Pencapaiannya ini bukanlah perjalanan yang singkat. Gus Irfan berhasil menyelesaikan program doktoralnya dalam waktu 10 semester. Ini membuktikan dedikasi dan ketekunannya dalam meneliti sosok KH Muhammad Yusuf Hasyim, seorang ulama yang berperan besar dalam pelestarian tradisi Indonesia di lingkungan pesantren.
Dengan gelar doktor yang kini disandangnya, Irfan Yusuf diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih besar dalam dunia akademik dan kepemimpinan, khususnya dalam mengembangkan sistem pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.
Ujian terbuka ini berlangsung dengan khidmat dan dihadiri oleh jajaran akademisi serta tamu undangan. Mochamad Irfan Yusuf diuji oleh Delapan penguji terkemuka, yakni Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, MA, Prof. Dr. H.M. Zainuddin, MA, Prof. Dr. Hj. Ilfi Nurdiana, M.Si, Prof. Dr. H. Nur Ali, M.Pd, Prof. Dr. Wahid Murni, M.Pd, Prof. Dr. H. Agus Maimun, M.Pd, Dr. H. Isroqunnajah, MAg, dan Drs. H. Basri, MA, Ph.D.
Dalam pemaparannya, Gus Irfan menyoroti peran kepemimpinan KH Muhammad Yusuf Hasyim dalam menjaga nilai-nilai tradisional pesantren tanpa mengesampingkan inovasi dan perkembangan zaman. Ia menekankan bahwa kepemimpinan transformasional menjadi kunci dalam menjaga identitas pesantren sekaligus beradaptasi dengan perubahan sosial.
Para penguji memberikan berbagai catatan akademis serta apresiasi terhadap kajian yang dilakukan. Dengan argumentasi yang kuat dan metodologi yang kokoh, ujian ini menjadi ajang diskusi yang memperkaya pemahaman tentang kepemimpinan pesantren dalam konteks modern dan mandiri.
“Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru tentang bagaimana pesantren sebagai institusi tradisional tetap mampu bertahan dan berkembang melalui kepemimpinan yang visioner,” ujarnya. (sumber uin-malang.ac.id)