GRESIK | duta.co – Acara Bedah Buku bertajuk “Catatan Kecil Perjalanan Kabupaten Gresik” yang dilakukan  Komunitas Wartawan Gresik  (KWG) disambut antusias para peserta.

Hadir sebagai pembicara yaitu Abdul Abas (penulis buku) dan Dr. Mochammad Toha, Kepala Balai Diklat Keagamaan Surabaya sebagai narasumber bedah buku di ruang Paripurna DPRD Gresik, Sabtu 21/10/2017. Buku 198 halaman itu lebih banyak membahas jejak historis Gresik sejak era Majapahit hingga berdirinya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik.

Dengan mengulas Hari Ulang Tahun (HUT) Pemkab Gresik selama ini diperingati tiap tanggal 27 Februari, sedangkan pada buku ini penetapannya tanggal 1 November 1974. Penetapan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 1974.

Diterangkan Abdul Abas, Gresik awalnya merupakan ibu kota dari Kabupaten Surabaya. Statusnya ditetapkan tanggal 8 Agustus 1950 di Yogyakarta oleh Presiden RI (Pemangku Jabatan Sementara). DPRD Kabupaten Surabaya mengusulkan Kabupaten Surabaya diubah menjadi Kabupaten Gresik. Kemudian mendapat dukungan dari Bupati, Gubernur hingga Presiden.

 “Perubahan tersebut ditetapkan melalui PP 38/1974. Berlaku pada tanggal diundangkannya 1 November 1974 di Jakarta dan ditandatangani Presiden Soeharto,” ujar Abas.

Sementara Nur Saidah, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Gresik mengapresiasi terbitnya buku tersebut. Menurutnya, bukti baru terkait tanggal penetapan Kabupaten Gresik perlu ditelusuri, sehingga bisa meluruskan sejarah. Namun selama temuan ini belum dibahas secara mendalam dan diputuskan, HUT Pemkab Gresik masih menggunakan tanggal yang lama.

Moch. Syafi’ AM, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Gresik menambahkan, kegiatan ini bisa menjadi awal untuk memajukan kegiatan akademisi di Gresik. “Kita memiliki banyak perguruan tinggi di Gresik, tapi kegiatan akademisi di sini masih sedikit. Semoga kegiatan ini memicu munculnya kegiatan-kegiatan akademisi di Gresik, khususnya di DPRD Kabupaten Gresik,” ujar politisi PKB tersebut.

Sama halnya Dr.Mochammad Toha kepada sejumlah wartawan mengatakan, buku ini memang tidak luput dari kekurangan, tapi sudah layak mendapat apresiasi. Buku ini menambah khazanah literasi yang berbicara soal Gresik. Ia berharap kegiatan ini ditingkatkan oleh DPRD Gresik. Agar DPRD tidak hanya berimage masalah politik dan pemerintahan saja, tapi juga menjadi wadah untuk peningkatan bidang akademis masyarakat Gresik.

 “Selama ini orang lebih suka pada bahasa tutur, padahal itu terbatas umur. Sedangkan buku bisa dinikmati hingga banyak generasi,” ujarnya.

Ketua Panitia Bedah Buku KWG, M.Zaini Mujtaba memastikan akan menggelar kembali kegiatan-kegiatan serupa. Selain menjadi wadah baru untuk tukar informasi bersama masyarakat, kegiatan ini seringkali mengungkap fakta baru yang selama ini belum diketahui. Selain bedah buku, dalam acara ini juga diadakan workshop fotografi yang diikuti pelajar dan mahasiswa di Gresik, sekaligus pameran foto karya jurnalis anggota KWG. (gus/sal /adv)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry