Mayke diapit ayahnya Supriyanto dan ibunya Darsini usai prosesi wisuda di Dyandra Convention Center Surabaya, Sabtu (3/11). DUTA/endang

SURABAYA | duta.co – Kalau bisa bayar sedikit buat apa bayar banyak. Nampaknya itu juga berlaku bagi para perusahaan perbankan untuk memghindari pembayaran pajak yang berlebihan.

Hal itu diketahui dari hasil skripsi lulusan STIE Perbanas Surabaya,  Mayke Kristika Antony Putri.

Peraih wisudawan terbaik dengan Indek Prestasi Komulatif (IPK) 3,93 ini juga berhasil menyabet  skripsi terbaik.

Dalam skripsinya, cewek  kelahiran Ponorogo 15 Mei 1995 ini menganalisa penghindaran pajak beberapa bank di lima negara di Asia Tenggara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Itu dilakukan Mayke dengan menganalisa laporan-laporan keuangan yang ada di website masing-masing bank.

“Terutama bank yang memasukkan laporan keuangan di website yang berbahasa Inggris. Kakau yang bahasa negara setempat saya lewati,” ujar Mayke ditemui usai prosesi wisuda di Dyandra Convention Center Surabaya, Sabtu (3/11).

Dalam laporan-laporan keuangan itu, memang Mayke melihat banyak bank yang melakukan penghindaran pajak.

Bank memanfaatkan beberapa celah peraturan untuk membayar pajak lebih sedikit dari seharusnya. “Ini bukan pelanggaran ya tapi penghindaran,” tandas Mayke.

Dari pengamatan Mayke, banyak bank yang menghindari pajak dengan memasukkan beban-beban perusahaan bukan ke tempat yang seharusnya.

Misalnya beban perusahaan yang seharusnya dimasukkan ke rekonsiliasi fiskal tapi tidak dimasukkan.

Dari beberapa bank di lima negara itu, Mayke manganalisa bank di Singapura yang paling kecil melakukan penghindaran pajak.

Mayke menganalisa kemungkinan besar itu karena di Singapura ada tax heaven yakni pajak lebih rendah dibandingkan negara lain.

“Intinya kalau penghindaran pajak ingin rendah, maka pajaknya dikecilkan,” tulas anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Supriyanto dan Darsini ini.

Mayke pun  berencana untuk melanjutkan kuliah S2 bidang akuntansi di National University of Singapura.

“Karena masih dibukanya tahun depan, sementara saya cari kerja dulu di sini,” tukasnya.

Mayke diwisuda di periode II 2018 bersama 558 mahasiswa lainnya. Mereka terdiri dari 12 dari program studi (prodi)  Magister Manajemen, 242 dari  Sarjana Akuntansi, 210 dari  Sarjana Manajemen.

Juga diwisuda 42 dari Program Diploma Akuntansi dan 52 dari Program Diploma 3 Keuangan dan Perbankan.

Rata-rata IPK lulusan Pascasarjana 3.75, Sarjana Manajemen 3.29, Sarjana Akuntansi 3.37, Diploma 3 Akuntansi 3.47 dan Diploma Perbankan & Keuangan 3.52.

Wisuda kali ini secara umum persentase jumlah mahasiswa  yang lulus dengan IPK di atas 3,00 sebesar  94,8% dan 137 orang memperoleh predikat cumlaude.

Ketua STIE Perbanas, Dr Yudi Sutarso mengatakan kini, STIE Perbanas ingin mencetak wirausahawan – wirausahawan untuk para lulusannya.

Namun, bukan sekadar wirausahawan namun yang bisa ‘menikah’ dengan teknologi.

“Dengan teknologi, memotong semua aktivitas bisnis. Kalau tidak bisa mengawinkan teknologi dan bisnis, bisa-bisa bisnisnya konvensional dan tidak akan bisa berkambang. STIE Perbanas sedang menuju ke arah sana,” tukasnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry