MALANG | duta.co – Fakultas Peternakan Universitas Islam Malang (Unisma) melalui organisasi mahasiswa Himaprodinya, membantu petani mengembangkan teknologi Migratory pada lebah hutan. Lewat Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHB2D) kampus kebanggaan NU ini untuk yang keempat kalinya mendapat program tersebut. Dua tahun lalu mendapat program yang sama dan malah menjadi terbaik nasional.
Menurut dosen pembimbing PHB2D, drh Nurul Humaidah MKes, bahwa melalui program ini pemerintah berharap dapat menumbuhkan rasa peduli dan kontribusi mahasiswa terhadap masyarakat. Hal ini dengan teknologi terapan yang telah diperoleh di kampus. Hingga nantinya melalui desa binaan program ini, terwujud masyarakat desa yang mandiri berwirausaha, aktif dan sejahterah.
“Dengan mahasiswa yang langsung terjun dan menyatu ke masyarakat dengan memberikan inovasinya, dapat melatih Hard Skill dan Soft Skill sekaligus,” ungkap Humaidah.
Pasalnya, tuntutan dari era Revolusi Industri 4.0, mahasiswa harus mumpuni berdaya saing. Hal tersebut dapat teraih dengan melatih mereka Hard maupun Soft Skill.
“Penerapan PHB2D di desa lereng gunung Semeru ini dengan inovasi budidaya lebah liar. Dengan tetap menjaga kualitas dan produktifitas madu dari tawon hutan tersebut,” terang Humaidah.
Ini merupakan solusi mendapatkan pendapatan tambahan bagi petani sayur di desa tersebut. Dimana mereka hanya mendapat pemasukan tiap tiga bulan sekali dari penjualan hasil panennya.
Sedangkan dari hasil penjualan madu alas ini, cukup menggiurkan bagi para petani di lereng Semeru. Per botol dapat terjual hingga Rp 300.000, mereka dapat memanen madu sampai 7 botol.
Namun yang menjadi kendala utamanya, tawon liar tersebut kerap berpindah-pindah. Para petani pun harus rela berjalan berkilo-kilo meter mencari sarang tawon alas ini.
“Maka mahasiswa kami, memberikan solusi melalui inovasi budidaya tawon alas dengan lokasi yang dapat dijangkau petani,” ujar dosen Peternakan Unisma ini.
Teknologi migratory tawon ini yang diterapkan oleh mahasiswa Peternakan Unisma. Yakni dengan menerapkan metode budidaya lebah. Tak hanya itu, mereka juga mengajari para petani untuk meningkatkan kualitas madu dan mengemas produk madu tersebut agar laris di pasaran.
“Dengan kualitas produksi yang layak jual, nantinya madu-madu ini menjadi produk unggulan desa dan menjadi sumber pendapatan Bumdes,” kata Humaidah.
Selama delapan bulan mahasiswa Unisma mengajari teknik budidaya, pengemasan, pemasaran dan kontinunitas produksi. Hingga pasca para mahasiswa ini meninggalkan desa, produktifitas madu alas tetap berjalan.
Menurut Ketua PHB2D Himaprodi Peternakan Unisma, Muizzhuddin, proposal mereka sendiri berjudul “Migratory System Technology Guna Kembangkan Skill Budidaya dan Bisnis Petani Tradisional Tawon Alas Lereng Semeru”.
Latar belakang para mahasiswa rela membantu masyarakat desa, lantaran berangkat dari keprihatinan petani cabe yang berada di lereng gunung Semeru. Tepatnya di desa Waringin Anom Besuki, yang mengeluhkan harga sayur yang naik turun. Hingga kemudian mereka mencari alternatif pendapatan dengan menjadi petani lebah hutan.
“Para petani ini harus berjalan puluhan kilo. Bahkan harus bermalam di hutan lantaran tidak langsung ketemu sarang lebah,” ungkap Muizzhuddin.
Metodologi migrasi ini dengan pemecahan koloni lebah hutan untuk dijinakan dan dibudidayakan. Dengan dibuatkan kotak sarang agar petani tidak perlu jauh masuk ke dalam hutan, dan optimalisasi hasil panen. (dah)