KAOS SOUVENIR: Salah satu pedagang kaos khas batu yang masih bertahan dan menjajakan di sejumlah destinasi wisata yang ada di Kota Batu (duta.co/rio hendra)

BATU | duta.co -Plt Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan, Arief As Siddiq mengatakan, tahun 2018 akan diprioritaskan untuk memperkuat sumber daya manusia di bidang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Rencananya Pemerintah Kota Batu, menyiapkan  rumah packaging untuk pelaku usaha di Kota Batu. Di mana rumah packaging ini akan mengajarkan kepada pelaku usaha di Kota Batu bagaiamana mengemas, mencetak, hingga menjual.

“Itu sudah masuk ke dalam program 2018. Ya memang faktornya ialah persaingan, bisa dari pedagangnya, dari branding-nya, dan kualitas desain,” kata dia kemarin( 04/11/2017).

Saat ditanya apakah dari Pemkot Batu akan menyiapkan permodalan atau peralatan cetak untuk pelaku UMKM di Kota Batu , Arief menyatakan masih akan di koordinasikan terlebih dahulu. Karena saat ini fokus untuk mempersiapkan pameran khusus untuk pelaku usaha se Kota Batu. Bahkan akan membantu mempermudah pelaku usaha ini masuk ke dalam toko ritel untuk menjual produknya.

“Ya bisa nanti seperti hak paten diberlakukan untuk pelaku usaha di Kota Batu. Agar tidak bisa dijiplak oleh yang lainnya. Tentu perlu regulasi, minimal Perwali atau Perda,” urainya

Langkah pemkot disambut positif pelaku UMKM.  Salah satu pedagang kaos khas Kota Batu yang terancam gulung tikar mengaku senang jika nantinya pemerintah turun tangan membantu UMKM dalam hal permodalan dan promosi.  Ia mengaku lima tahun sebelumnya usahanya sempat  berjaya dan banyak yang berburu dagangan mereka.

Seperti yang dirasakan oleh satu di antara pedagang kaos asli Batu, Lutfi (30). Nasibnya berjualan sejak tahun 2012 sudah tidak bisa dipertahankan lagi sekarang, ia memilih menutup usahanya karena kalah bersaing dengan pedagang yang dari luar kota Batu. Berjualan kaos, dikatakan Lutfi banyak diperebutkan oleh pengusaha luar daerah ketimbang dari Kota Batu sendiri.

“Berat sekali sekarang karena bersaingnya bukan dengan warga Kota Batu sendiri, tetapi dengan pedagang yang dari luar daerah, seperti Malang, Surabaya,” keluhnya

Tak hanya bersaing dengan pedagang dari luar daerah, tetapi dari segi harga juga dirasa sangat berat bagi pedagang asli Kota Batu. Ia mengatakan yang paling berat ialah pedagang ini mendatangkan pakaian dalam jumlah banyak atau grosir dari luar daerah lalu dijual di Kota Batu. Padahal, pedagang di Kota Batu ini mulai dari mencetak, mempromosikan dilakukan sendiri.

Sebelumnya, ia menaruh dagangan kaosnya kadang di lokasi wisata, kadang juga di pinggir jalan. Lutfi menambahkan saat awal-awal ia berjualan kaos sebelum pedagang luar daerah berdatangan, omsetnya sangat tinggi.  Bisa mencapai Rp 100 juta perbulan hanya berjualan kaos saja. Ia sudah tidak berjualan sejak 2016 lalu.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Putranto. Ia juga merasakan hal yang sama, bahkan ketika ia ingin mengajak pedagang kaos Batu warga Kota Batu, justru terlihat tidak semangat.

“Sempat kepikiran kenapa kok kami mau kalah dengan pedagang luar daerah. Tetapi pedagang kota Batu sudah kehilangan semangatnya. Katanya kebanyakan yang bilang kalau cari peluang usaha lainnya saja,” kata Putra.

Satu pedagang dari Kota Malang, Nuriyanti mengatakan kalau ia baru saja berjualan kaos di Kota Batu. Kaos yang ia jualpun bermacam-macam, tetapi dominan dengan kaos yang bertuliskan ‘Kota Batu’, ‘Kota Wisata Batu’. Model dan warnanya juga bermacam-macam. Untuk dewasa dan untuk anak-anak lengkap dijualnya. (rio)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry