Direktur Keuangan Bank Jatim, Ferdian Timur Satyagraha. DUTA/dok

SURABAYA | duta.co – PT Bank Pembangunan Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) menggandeng kampus- kampung. Ini dilakukan untuk memberikan pendampingan pada beberapa nasabah bank pembangunan masyarakat Jawa Timur itu.

Direktur Keuangan Bank Jatim, Ferdian Timur Satyagraha mengatakan sampai saat ini sudah ada dua kampus yang diajak kerjasama.

Yakni Universitas Airlangga (Unair) dan Universitas Brawijaya (UB). Dua kampus itu kata Ferdian untuk pendampingan para nasabah yang berbeda.

“Kalau Universitas Brawijaya untuk pedampingan nasabah kredit pertanian sementara Universitas Airlangga untuk yang perdagangan dan sejenisnya. Itu dua hal yang berbeda,” ujar Ferdian.

Pendampingan untuk nasabah kredit pertanian ini memang sedang gencar dilakukan Bank Jatim. Dengan pendampingan ini diharapkan bisa meningkatkan kualitas kredit dari para nasabah. Terutama nasabah pertanian yang sedang digarap Bank Jatim.

“Sekarang ini kami fokus ke kredit pertanian khususnya tebu. Karena kalau pertanian lainnya sangat berisiko, cuaca tidak menentu,” tukas Ferdian.

Diungkapkan Ferdian, pihak kampus terutama mahasiswa yang sedang melakukan praktik kerja lapangan (PKL) akan melakukan pendampingan kepada para petani tebu yang menjadi nasabah Bank Jatim.

Sehingga para petani ini bisa bertanggung jawab atas kredit yang sudah diambilnya di Bank Jatim.

Dengan begitu, Bank Jatim bisa meminimalisir angka kredit macetnya. Ini terbukti dari tahun ke tahun angka kredit macet Bank Jatim terus menurun.

Pada 2017 angka kredit macet sebesar 4,5 persen, pada 2018 sebesar 3,7 persen dan target tahun ini harus di bawah 3 persen.

“Makanya kita lakukan pendampingan ini, agar nasabah itu bisa meningkatkan kualitas kreditnya,” tuturnya.

Selain dengan menggandeng kampus, Bank Jatim juga menggandeng induk dari petani tebu yakni PT Perkebunan Nusantara yang berkecimpung di bidang tebu. “Kita gandeng PTPN X dan X untuk mewadahi para petani tebu ini,” tuturnya.

Kerjasama dengan PTPN ini dilakukan agar bisa diseleksi petani tebu yang layak untuk mendapatkan kredit dan tidak.

“Yang tahu kan mereka (PTPN) jadi kita serahkan ke mereka untuk seleksi. Tapi untuk kreditnya kita salurkan sendiri,” jelasnya.

Di dua bulan pertama 2019 ini, diakui Ferdian, kredit untuk petani tebu ini sebesar Rp 400 miliar untuk dua PTPN tebu.

Angka ini akan terus bertambah disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan dari masing-masing pihak. “Kalau dibutuhkan kita akan menyesuaikan,” tukasnya.

Karenanya ke depan Bank Jatim akan membuat aplikasi kredit yang memanfaatkan kecanggihan teknologi.

Sistem ini bekerjasama dengan platform market place sehingga ke depan bisa lebih berkembang.

“Kita sedang buat sistemnya, pertengahan tahun mungkin bisa diperkenalkan,” tukas Ferdian. end