Direktur Utama Bank Jati, R.Soeroso (kanan) bersama para direksi menunjukkan kinerja Bank Jatim selama semester pertama 2017 beberapa waktu lalu di Surabaya. DUTA/endang

SURABAYA | duta.co  – PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) masih belum tertarik untuk mengeluarkan kartu e-money dan e-toll sendiri. Alasannya bukan karena tidak mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang ditetapkan pemerintah melainkan karena investasi yang sangat mahal. Sehingga untuk mendukung GNNT Bank Jatim memilih untuk menggandeng bank lain dalam menerbitkan kartu itu.

Salah satu bank yang digandeng adalah BCA melalui kartu Flazz sejak beberapa tahun lalu. Serta dalam waktu dekat, Bank Jatim akan menjalin kerjasama dengan Bank Mandiri. “Kalau bisa kerjasama buat apa menerbitkan kartu sendiri. Kita mikir investasinya mahal. Kita saling menguntungkan dengan bank lain yang dibawah Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara) dan bank swasta lain,” jelas Direktur Utama Bank Jatim, R.Soeroso.

Dikatakan Soeroso, untuk masalah GNNT, Bank Jatim sudah mengawalinya sejak lama. Di mana untuk urusan pembayaran pembayaran pajak kendaraan bermotor, bekerjasama dengan Samsat, sudah melaksanakan e-samsat di mana seluruh pembayaran dilakukan dengan sistem online. “Ini baru satu-satunya di Jatim. Kita ini sudah mengawali dari sejak lama,” tandasnya.

Sehingga untuk non tunai ini, Bank Jatim pun selalu berkomitmen untuk terus menyukseskannya.

Sementara itu,  untuk kinerja, Bank Jatim mencatatkan pertumbuhan positif semester I/2017, dan hingga Agustus 2017 asetnya tumbuh 9,26 persen dari tahun sebelumnya, atau kini mencapai Rp53,3 triliun. Soeroso mengatakan kinerja keuangan Bank Jatim juga menunjukkan performa yang bagus dan mengalami pertumbuhan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year).

Ia mengatakan, laba sebelum pajak tercatat mencapai Rp1,23 triliun atau tumbuh 19,46 persen dibandingkan tahun sebelumnya, ditambah pertumbuhan kredit yang menunjukkan peningkatan sebesar Rp30,77 triliun atau tumbuh 3,72 persen.

Selain itu, kata Soeroso, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan sebesar Rp43,69 triliun atau tumbuh 813 persen (YoY) dan CASA rasio masih diatas 65 persen.

“Pertumbuhan DPK karena adanya kepercayaan publik terhadap Bank Jatim, dan untuk pertumbuhan kredit karena adanya peningkatan jumlah nasabah di pedesaan dengan program Simpeda,” katanya.

Sementara itu, kata Soeroso, untuk rasio keuangan Bank Jatim pada Agustus 2017 posisinya lebih baik dibandingkan periode tahun sebelumnya antara lain, untuk Net Interest Margin (NIM) sebesar 6,88 persen dari sebelumnya 6,71 persen, “Return On Asset (ROA) 3,14 persen menjadi 3,62 persen.

“Bank Jatim mampu membukukan efisiensi pada Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO) dari 70,80 persen menjadi 65,04 persen,” tutur Soeroso, menjelaskan data terakhir.

Soeroso mengaku, pertumbuhan positif Bank Jatim mendapat apresiasi pihak luar, seperti meraih peringkat 1 Bank Pembangunan Daerah (BPD) terbaik di lndonesia, dan menerima Anugerah Perbankan lndonesia-Vi 2017 yang diselenggarakan oleh Economic Review.

“Kami juga mendapat penghargaan dalam acara lndonesia Banking Award 2017 yang diselenggarakan oleh media Tempo bekerja sama dengan Indonesia Banking School,” katanya.end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry