Keterangan foto: Cak Firman saat mengikuti Madrasah Kader Nahdlatul Ulama. (FT/IST)

“Banyak sekali teman-teman mengeluh: Kami ini sudah aktif sejak IPNU, Ansor dan berproses bertahun tahun, tapi kalah dengan pengkaderan dadakan yang hanya tiga hari.”

Oleh Mukhlas Syarkun

KETUA Umum PBNU menyoroti sistem pengkaderan selama ini yang perlu ditata ulang, karena dianggap menyisahkan berbagai masalah diantara karena lebih menonjol sifat ghodhob (marah).

Mungkin saja karena akibat tingginya militansi, minimnya literasi, serta ketiadaan sikap wisdom, arif, bijaksana. Hal itu bisa dimaklumi, karena untuk menguasai literasi perlu waktu lama dan, untuk menjadi wisdom juga perlu proses panjang, setidaknya agar dapat merasakan berbagai tantangan suka duka berkhidmat di NU.

Pernyataan Ketum PBNU itu mendapat respon beragam. Sebagian keberatan dan klaim bahwa MKNU (Madrasah Kader NU) maupun PKPNU (Pendidikan Kader Penggerak NU) telah membuahkan berkah bagi bangkitnya ghairah ber-NU diberbagai kalangan, yang kemudian memudahkan mobilisir potensi nahdliyyin karena kuatnya militansi hasil PKPNU-MKNU.

Namun kebanyakan setuju keinginan Ketua Umum PBNU, karena pengkaderan dadakan disamping menyisakan soal ghodhob, juga dapat menggusur pengkaderan berjenjang yang berproses panjang dalam mengurus NU.

Banyak sekali teman-teman yang mengeluh: Kami ini sudah aktif sejak IPNU, Ansor dan berproses bertahun tahun, tapi dikalahkan pengkaderan dadakan 3 hari.

Selain itu perlu ditata ulang menyangkut soal kelembagaan dan konten agar tidak terkesan kader instan dadakan.

Sesungguhnya pengkaderan yang ideal adalah pengkaderan berjenjang lewat IPNU/IPPNU Ansor/Fatayat. Di sini anak anak bisa mendapat banyak pelajaran dan pengalaman mengurus NU melalui proses alamiah yang mendalam, mampu menyelami berkhidmat di NU secara kaffah dan bahkan lebih mempunyai sikap wisdom.

Jika kita ibaratkan sebuah pohon, pengkaderan berjenjang itu berproses mulai tunas dengan akar yang kuat, kemudian tumbuh ranting daun yang menjulang,  berbunga dan berbuah. Setidaknya, ini relevan dengan tamsilan dalam surah Ibrahim ayat 24, bagaikan pohon yang akarnya kuat dan rantingnya menjulang ke atas.

Jika mau ada perombakan, maka PBNU cukup menyediakan materi tutorial dan berbagai perangkat  sedangkan pelaksana biar anak anak di IPNU dan Ansor, karena anak anak anak itu sedang berproses tumbuh untuk menghasilkan akar yang kuat, ranting daun yang lebat supaya bunga dan buahnya lebih berkuakutas yaitu, kader yang mempunyai militansi kuat, penguasaan literasi yang luas dan tentun bersikap wisdom. Bukankah demikian!!!

Jakarta 09/3/2022,

Mukhlas Syarkun, adalah Redaktur Majalah Risalah PBNU 2006-2015

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry