Roslan Somad, Koordinator Sekretariat Posko Relawan Rumah Sahabat Mahfud MD Kediri Raya (FT/M. Isnan)

KEDIRI | duta.co — Sejumlah orang meragukan ke-NU-an Mahfud MD. Ini seperti disampaikan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, KH Abdul Muid Shohib. Atas pernyataan itu, sahabat Mahfud MD  semasa kuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Roslan Somad berusaha meluruskan.

“Pak Mahfud itu sosok yang komplit (lengkap). Kalau kita mau melihat lebih jauh, Pak Mahfud itu lahir di lingkungan NU, darahnya NU. Ayahnya saja dipenjara orde baru gara-gara memperjuangkan NU,” demikian disampaikan Roslan Somad, Koordinator Sekretariat Posko Relawan Rumah Sahabat Mahfud MD Kediri Raya kepada duta.co, Selasa(10/7/2018).

Seperti diberitakan banyak media, cibiran soal Mahfud MD bukan kader NU datang dari pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, KH Abdul Muid Shohib. Menurutnya Mahfud MD bukan kader asli NU, lebih baik Jokowi mengambil tokog NU asli. “Sebaiknya Jokowi cari yang bener-bener NU. Jangan yang ngaku-ngaku NU,” terang Kiai Muid.

Kiai Muid juga menjamin aspirasi politik nahdliyin bukan ke Mahfud MD, karena dia tidak mengakar dan tidak memiliki kontribusi pada organisasi nahdliyin. “Kiai-kiai NU Jawa Timur sudah sepakat bahwa urusan kepemimpinan nasional akan diserahkan mandatnya pada kader NU asli, yang sudah berkontribusi jelas pada NU. Bukan yang ngaku-ngaku NU,” tegasnya.

Menyikapi pernyataan ini, Roslan mengaku heran, sebab ia tahu betul perjuangan sahabatnya semasa kuliah hingga mendirikan media massa bernama Muhibah, kemudian dibredel pemerintah orde baru pada tahun itu. Bahkan saat Pemilu pertama di masa itu, Mahmodin, bapak kandung Mahfud MD, warga Desa Plakpak Kecamatan Pangantenan merupakan pegawai rendahan di Depag Kabupaten Sampang yang harus diamankan.

“Yang saya tahu selama ini Pak Mahfud tidak pernah ambisi untuk ke sana. Tapi kalau masyarakat menghendaki, itu kan pilihan masyarakat, bukan pilihan Pak Mahfud. Kami sebagai Sahabat Mahfud, tetap berada di belakang saja tidak ikut politik. Kami pun menyadari Pak Mahfud juga tidak punya partai, bukan pimpinan partai politik. Jadi tidak gampang untuk ke sana, karena kondisi di negara kita kan kalau jadi presiden harus partai politik yang membawa,” terangnya.

Soal  anggapan Mahfud MD ngaku-ngaku NU, Roslan menegaskan, bahwa pernyataan itu sebaiknya diserahkan kepada masyarakat. “Bagi kami biarlah, itu kan versi sebagian kecil kiai, silahkan. Kalau kita mau melihat lebih jauh, bahwa Pak Mahfud itu lahir di lingkungan NU. Ayahnya saja dipenjara orde baru juga karena memperjuangkan NU,” terangnya saat ditemui di rumah sekaligus dijadikan sekretariat berada di Jl. KH. Ahmad Dahlan depan Kampus UNP PGRI Kota Kediri.

Tetapi, kalau masih saja dianggap ngaku-ngaku, ya mongo. “Seandainya Pak Mahfud itu tidak diakui di NU, itu tidak masalah, ya monggo. Tidak harus diakui, yang penting hatinya Pak Mahfud tetap NU. Barangkali kalau diwarnai dengan non NU, mungkin iya. Tapi selama saya kuliah seangkatan dengan beliau, saya belum pernah Pak Mahfud ikut organisasi non NU secara formal kecuali KAHMI,” imbuhnya.

Roslan tahu betapa sosok mantan Ketua MK ini, begitu aktif di kampus, mulai menjadi senat hingga mendirikan majalah yang mampu bersaing dengan sejumlah media nasional. “Majalahnya sampai dibredel karena posisi dia saat itu sebagai Pemred. Dan pikiran-pikirannya NU tulen. Apakah kita perlu mempertanyakan lagi, terkait ke-NU-annya,” terang Roslan.

“Kalau Pak Mahfud dididik oleh berbagai kalangan tidak hanya NU, memang iya. Termasuk di UII itu kan bukan milik NU, tapi Islam Nasionalis. Namun selama di Jogja, beliau banyak berkumpul dengan macam – macam golongan bukan orang NU saja,” jelas Roslan Somad. (ian/nng)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry