PENSIUNAN TNI AU: Orang tua Marsekal Hadi Tjahjanto di Desa Tamanharjo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. (ist)

MALANG | duta.co – Presiden Joko Widodo mengusulkan Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai calon tunggal Panglima TNI kepada DPR. Pria kelahiran Malang, 8 November 1963 itu hampir dipastikan menjadi pengganti Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang akan memasuki masa pensiun. Hadi pun minta doa restu orang tuanya.

Hadi merupakan anak pertama dari pasangan Bambang Sudardo dan Nur Sa’adah yang tinggal di Jalan Rogonoto, Desa Tamanharjo RT 3 RW 4 Nomor 70, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Pada masa muda, Hadi dikenal sebagai sosok yang cerdas, terutama saat masih mengenyam pendidikan di bangku SMA Negeri Lawang, Kabupaten Malang.

Ketika itu, Hadi yang mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dianggap mudah mencerna mata pelajaran. Tak jarang, teman-teman Hadi menganggapnya sebagai si “otak setan”. “Temannya (SMA) kalau ketemu saya, bilang, kalau Hadi itu memang otak setan,” kata ayah Hadi, Bambang Sudardo, saat ditemui di kediamannya, Selasa (5/12).

Bambang mengatakan, anaknya itu memang tergolong rajin. Ketika belajar, dia selalu berusaha untuk fokus. “Kalau belajar tidak lama. Saya orang tuanya, saya tahu. Mari sinao luwe (setelah belajar lapar), keluar (kamar) langsung makan karena fokus,” ujar dia.

Sejak kecil, Hadi memang memiliki keinginan untuk menjadi prajurit TNI. Ayahnya yang merupakan prajurit sersan mayor di Landasan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh memotivasi Hadi untuk ikut mengabdikan dirinya di dunia kemiliteran.

Akhirnya, setelah lulusan dari SMA Negeri Lawang, Hadi langsung masuk Akademi Angkatan Udara (AAU) dan lulus pada tahun 1986. “Hanya ingin jadi tentara karena melihat lingkungannya juga,” kata ayah Hadi.

Saat ini, pria kelahiran Malang, 8 November 1963, itu dipilih Presiden Joko Widodo untuk diajukan ke DPR RI sebagai calon panglima TNI. Jika uji kelayakan dan kepatutan di Komisi I DPR lolos, Hadi akan menggantikan Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI.

Minta Doa Restu

Orang tua Hadi mengaku telah dimintai doa atas keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi). “Sampun, enjing wau (sudah pagi tadi) telepon. Minta doa restu. Semoga lancar,” kata Bambang Sudarto. “Pagi ini (kemarin-red) katanya mau ke Bogor, terus besok ke DPR. Mudah-mudahan lancar, tidak ada apa-apa,” tambah Nur Sa’adah, ibunda Hadi yang mendampingi.

Bambang maupun Nur Sa’adah mengatakan, hampir setiap hari anak pertamanya itu selalu menghubunginya. Tidak hanya saat akan dicalonkan sebagai Panglima TNI.

Tetapi Selasa (5/12) pagi memang berbicara tentang pengangkatannya sebagai Panglima TNI oleh Presiden Joko Widodo. Tapi pembicaraannya juga tidak berlangsung lama dan tidak banyak yang dibicarakan. “Hanya minta doa restu saja, biar lancar,” tegas Nur Sa’adah.

Sebagai orang tua, Bambang yang pernah bertugas di TNI AU berpangkat Serma itu mengaku bangga dapat mengantarkan putranya berkarier di TNI AU hingga menjadi Panglima TNI. Harapannya semoga dapat menjalankan tugas negara dengan sebaik-baiknya. “Sebagai orang tua kami bangga. Semoga bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan lancar, amiin,” tegasnya.

Hadi kecil tinggal dan tumbuh di lingkungan Perumahan TNI AU atau Perumahan Pagas yang tidak jauh dari rumah orang tuanya sekarang. “Terakhir pulang ke sini belum lama kok, saat Panglima TNI ke Malang. Saat itu pulang sebentar, katanya akan diajak rapat Panglima di Ijen,” kata Bambang.

Gatot: Disiapkan sejak Awal

Seperti diketahui, Presiden Jokowi resmi menunjuk KSAU Marsekal Hadi Tjahjanto menjadi Panglima TNI baru menggantikan Jenderal Gatot Nurmantyo yang akan pensiun 1 April 2018. Gatot melihat, penunjukan itu tidak lepas dari pertimbangan tantangan tahun politik ke depan.

“Seperti disampaikan (Hadi Tjahjanto) dipersiapkan untuk menghadapi tantangan tugas ke depan. Tantangan tugas ke depan adalah tahun politik,” ungkapnya di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (5/12).

Gatot menyebut, dari tiga kepala staf angkatan di tubuh TNI, memang Hadi yang dianggap memenuhi syarat untuk menghadapi tahun politik. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Ade Supandi tidak memenuhi syarat karena bakal pensiun pada Mei mendatang, sementara Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono pensiun pada Januari 2019. “KSAU ini sampai 2020 sehingga bisa memimpin TNI menghadapi tahun politik dengan lancar,” ucap Gatot.

Dia juga melihat, pengangkatan Hadi sebagai Panglima TNI baru sudah disiapkan sejak awal. Hal itu bisa dilihat dari karir Hadi yang meroket dari menjadi Sekretaris Militer Presiden, kemudian diangkat menjadi Irjen di Kemenhan. “Ini yang sudah dipersiapkan secara regenerasi. Penyiapan kader-kader yang disiapkan sejak awal,” ujarnya.

Mantan Pangkostrad ini mengatakan, sosok Hadi sangat layak menjadi pucuk pimpinan TNI. Apalagi penunjukan itu langsung dari Presiden Jokowi. Tentu Jokowi sudah melihat Hadi adalah sosok yang cakap dan mampu. “Pak Hadi cocok untuk jadi Panglima TNI dalam tahun politik, itu harus sama-sama kita yakini. Presiden yang pakai kok,” kata dia.

Gatot menambahkan, setelah DPR menyetujui bahwa Hadi menjadi Panglima TNI baru, dirinya segera berpamitan. Mantan Pangdam V/Brawijaya tidak ingin terjadi dualisme kepemimpinan di tubuh TNI jika dirinya tetap bertahan menjadi panglima.

Ingin ‘Bayar Utang’ ke Keluarga

Gatot mengatakan, dirinya akan fokus ke keluarga. Sebab, selama dirinya menjadi prajurit TNI, dia tak pernah mengambil cuti tahunan. Akibatnya, perhatian dia terhadap keluarga menjadi minim.

“Saya ini tidak pernah mengalami cuti tahunan selama saya mengabdi tahun 1982 sampai sekarang. Saya mengalami operasi tujuh kali, saya hanya sekali saja alami dioperasi. Anak-anak saya tumbuh berkembang tanpa gendongan saya, sehingga saya merasa berutang kepada keluarga saya,” kata Gatot.

Untuk itu, saat pensiun nanti, dirinya berniat membayar ‘utang’ tersebut. Perhatiannya akan lebih banyak kepada cucunya. “Saya membalasnya tidak bisa dengan anak saya, kan sudah gede-gede. Saya membalasnya pada cucunya. Istilahnya cari mukalah sama anak, bagaimana sih dari anak-anak sampai dewasa bagaimana, saya kan nggak ngelihat,” katanya.

Artinya, nanti Anda akan lebih sering dipanggil ‘mbah’ daripada Panglima? “Ini kan saya nggak mau kalah sama Presiden (Jokowi),” jawabnya tersenyum.

 

Pengangkatan Dibacakan DPR

Sementara itu, Surat Presiden Joko Widodo tentang pemberhentian Jenderal Gatot Nurmantyo dan pengangkatan Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI resmi dibacakan di rapat paripurna DPR. Presiden memang perlu meminta rekomendasi dari DPR terkait jabatan Panglima TNI meski itu merupakan hak prerogatifnya.

Surat itu dibacakan oleh Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon yang memimpin rapat. Rapat digelar di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (5/12). “Perlu kami beritahukan bahwa pimpinan dewan telah menerima 4 buah surat dari Presiden Republik Indonesia,” katanya.

Surat presiden soal pemberhentian Gatot yang akan pensiun sekaligus nama calon panglima TNI yang baru, Marsekal Hadi itu dikirim pada 3 Desember 2017. Pengirimnya adalah Mensesneg Pratikno, yang menyampaikan langsung ke Fadli.

Surat itu, kata Fadli, akan dibahas sesuai mekanisme yang berlaku. Komisi I DPR selaku mitra TNI juga segera menggelar uji kepatutan dan kelayakan terhadap Hadi pada Rabu (6/12) hari ini.

“(Fit and proper test calon panglima TNI baru) Mungkin akan dilaksanakan Rabu (6/12) supaya minggu depan bisa dilaporkan kepada presiden. Dan, kami tidak punya lagi beban karena tanggal 13 (Desember 2017) DPR sudah mulai reses,” ujar Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanudin.

Sesuai UU TNI, bila DPR tidak menyetujui usulan pertama, presiden perlu memberikan nama lainnya. Bila disetujui, maka Marsekal Hadi bisa langsung dilantik setelah Jokowi menerbitkan Keppres.

“Fit and proper test sesuai ketentuan, presiden mengirimkan satu nama kemudian fit and proper test apakah diterima dan ditolak. Kalau ditolak, dikembalikan. Kalau tidak ditolak, ini dikirim dan diterima,” jelas TB. hud, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry