JAKARTA | duta.co –Musibah beruntun. Belum tuntas menangani musibah Lombok, kini sudah muncul tsunami Palu dan gempa Donggala. Selain menghadapi bencana alam, bangsa ini juga menghadapi kian sulitnya ekonomi.

Hari ini, nilai tukar rupiah semakin anjlok. Pada perdagangan siang kemarin sudah melewati level Rp 15.000 per dollar AS. Penyebab pelemahan rupiah ini adalah peningkatan sentimen terhadap aset negara-negara berkembang dan melonjaknya harga minyak dunia.

Pada Selasa (2/10/18) Data pasar spot Bloomberg menunjukkan, rupiah diperdagangkan pada level Rp 15.025 per dollar AS. Angka tersebut melemah 114,5 poin atau 0,77 persen dibandingkan posisi pembukaan, yakni Rp 14.945 per dollar AS.

Walhasil, sepanjang tahun ini, rupiah telah melemah hampir 10 persen. Ini sejalan dengan kenaikan suku bunga acuan AS yang mendorong penguatan nilai tukar dollar AS.  Selain itu, defisit transaksi berjalan juga membuat perekonomian Indonesia rentan terhadap gejolak keuangan global dan negara-negara berkembang lainnya, seperti Turki dan Argentina.

Kabar terbaru, Rabu (3/10/2018) harga minyak juga cenderung naik. Harga minyak jenis Brent yang dimonitor sore kemarin Selasa (2/10) telah mencapai 84,54 dollar AS per barrel, sedangkan harga minyak jenis WTI juga naik menjadi 75,33 dollar AS per barrel.

“Para analis pasar minyak memperkirakan kenaikan harga minyak akan berlanjut sebagai akibat sanksi ekonomi baru AS atas Iran yang akan menghukum pihak yang membeli minyak Iran mulai bulan depan,” demikian catatan faisalbasri.com, Selasa (2/10) mengutip data OPEC (OPEC basket price) yang telah menembus 80 dollar AS per barrel pada hari pertama Oktober kemarin.

BI akan Kesulitan

Kenaikan harga minyak mentah mengakibatkan ancaman langsung bagi Indonesia yang mengimpor minyak mentah dan BBM sekitar 775 ribu barrel sehari. Karena permintaan terhadap BBM diperkirakan tidak menurun mengingat tidak terjadi pennyesuaian harga BBM yang diatur pemerintah, maka defisit perdagangan akan meningkat sehingga turut menekan nilai tukar rupiah.

“Hari ini harga spot pada penutupan pasar sudah menembus Rp 15.000 per dollar AS. Kurs JISDOR hari ini mencapai aras terlemah tahun ini dan setelah krisis 1998,” jelasnya.

Sementara, Kepala Riset ANZ Banking Group di Singapura, seperti dilansir dari media setempat menyebutkan, ada pun harga minyak dunia sudah naik hampir tiga kali lipat sejak 2016. Hal itu membuat negara pengimpor minyak tertekan.

Goh menuturkan, apabila sentimen tidak membaik, maka ia memandang bisa saja rupiah terus melemah hingga ke level Rp 15.200 per dollar AS.

“Kenaikan suku bunga AS, harga minyak yang tinggi yang bisa membuat defisit neraca perdagangan melebar, dan penguatan dollar AS dalam beberapa hari terakhir, terbukti sulit bagi Bank Indonesia (BI) untuk menjaga (nilai tukar di) Rp 15.000,” kata Khoon Goh, Selasa (2/10/18). (okz)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry