HIDROPONIK : Ketua KWT Kelurahan Blabak, Sriyanah berada di kebun sayuran (duta.co/M. Isnan)

KEDIRI | duta.co -Dengan keterbatasan lahan untuk menanam sayuran, justru membuat ibu-ibu di lingkungan Perumahan Villa Bulurejo Kelurahan Blabak Kecamatan Pesantren Kota Kediri membuat inovasi baru, yaitu tanaman sayur hidroponik.

Hal itu untuk memenuhi kebutuhan sayuran -sayuran sehat untuk warga setempat selain melakuan jualan dnegan sistem online.

Gebrakan apik kaum perempuan ini, dijelaskan Camat Pesantren Eko Lukmono, saat mendapat bantuan dari Kemenristek Dikti, kemudian bekerjasama dengan salah satu dosen di Universitas PGRI Kediri. Akhirnya Kelompok Wanita Tani (KWT) Kelurahan Blabak mempu menyulap lahan kosong seluas 12 x 3 meter itu sebagai ladang produktif untuk menanam sayur.

“Awalnya dari bantuan kemudian dikembangkan oleh para ibu – ibu tergabung dalam kelompok tani. Akhirnya berkembang apalagi dibantu dengan jualan sistem online. Sekarang malah pesananya luar biasa dan setidaknya bisa menciptakan lapangan kerja baru serta menambah penghasilan untuk keluarga,” jelas Luluk, sapaan akrab Camat Pesantren.

Hal senada juga disampaikan Ketua KWT Kelurahan Blabak, Sriyanah yang juga sebagai Ketua Posyandu. Mengaku dari ide pembuatan pembuatan instalasi tanaman sayur hidroponik, karena minimnya anak – anak di lingkungannya yang suka makan sayuran. Kemudian didapat kabar jika kebanyakan sayuran di pasaran telah tercampur dengan pestisida yang mengandung racun.

“Tujuan kita menanam sayuran hidroponik ini sebenarnya adalah meningkatkan gizi balita. Kita kan pertama mengadakan ini, makanya dari awal sampai kita panen itu prospeknya kedepan cerah. Baik dari segi pemasarannya, dan juga perawatannya mudah, tidak membutuhkan waktu banyak,” katanya.

Pada Tahun 2019, pihaknya berharap dana prodamas yang digelontorkan Pemerintah Kota Kediri bisa merambah ke segmen pertanian dengan sistem hidroponik. Kalau setiap RT memiliki instalasi hidroponik menurutnya, akan bisa dimanfaatkan dengan baik.

Sejauh ini, menurutnya penggunaan dana Prodamas dari Pemkot Kediri masih sebatas infrastruktur aset tetap.

“Harusnya kedepan, dengan dana Rp 100 juta per RT mampu dimanfaatkan untuk membuat aset produktif seperti ini. Jadi, sebenarnya tidak butuh modal banyak, cukup dengan modal Rp 15 juta saja sudah bisa untuk membuat hidroponik ini,” tandasnya.

Tanaman sayur dengan cara hidroponik ini mampu panen setiap 30 hari. Pertumbuhannya pun dinilai lebih cepat dan subur dibanding dengan menanam biasa di tanah. Ia dapat tumbuh subur kapanpun, tanpa tergantung pada musim seperti palawija.

“Berbagai hama juga dipastikan tidak bisa menjamah sayuran yang ditanam. Sebab, seluruh instalasi dikelilingi green house dengan jaring pelindung hama. Kalaupun ada yang terkena hama, tanaman cukup diangkat dan dibilas dengan air lalu dikembalikan ke tempat semula,” katanya sambil mempraktekkan pembersihan.

Saat ini, terdapat berbagai jenis sayuran yang ditanam secara hidroponik itu. Yaitu, Sawi, Pocoi, Kangkung, Bayem Merah, dan Pagoda. Ditanam pada sebanyak 900 titik instalasi yang dialiri oleh air dengan campuran AB Mic. Hasilnya juga sudah mampu dijual dengan harga Rp. 20.000 rupiah per kilo gram. (ian/nng)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry