Keterangan foto rmol.co dari warganet. Tampak sepeda motor yang terbakar.

PAPUA | duta.co – Belum ‘kering’ bibir ini bicara pernyataan seorang petinggi PDI-P soal ancaman kantor media bisa rata dengan tanah, kini sudah muncul aksi mengerikan. Aksi itu berupa kekerasan terhadap pekerja pers di negeri ini.

Kali ini kekerasan menyasar wartawan Radar Papua Nofryanto Terok yang dihakimi sekelompok massa saat meliput insiden terbakarnya sepeda motor, di areal SPBU Sanggeng, Kabupaten Manokwari, Selasa (5/6/2018).

Insiden pemukulan terjadi saat Nofry sedang mengambil gambar sepeda motor yang terbakar. Saat itu, sekira pukul 14.16 WIT, Nofry melihat ada kepula asap yang cukup tebal di dekat SPBU Sanggeng. Orang-orang, nampak panik dan berbalik arah akibat kepulan asap itu.

“Sebagai seorang jurnalis, saya tergerak untuk melihat apa yang terjadi di TKP. Dan setelah dekat, motor yang saya gunakan, saya titipkan di dekat Toko Royal Bangunan,” ujarnya sebagaimana keterangan tertulis yang diterima redaksi, Rabu (6/6/2018).

Dirinya mendapati ada sejumlah warga sedang menyeret sebuah sepeda motor keluar dari areal SPBU hingga jalan raya. Dia kemudian bergegas untuk mengabadikan gambar tersebut sebagai bahan reportase.

“Namun tiba-tiba dari belakang ada yang pukul. Saya mundur, namun orang-orang mulai kejar dan memukul saya, hingga tak terhitung berapa orang yang memukul saya,” kisahnya.

Nofry mengaku beruntung bisa meloloskan diri setelah mencegat sepeda motor yang lewat dan menuju Pos Polisi yang tak jauh dari tempat kejadian perkara (TKP).

“Tiba di Pos Polisi, saya disarankan untuk ke Polsek Kota. Di sana saya buat laporan Polisi,” tuturnya yang mengalami pembengkakan di wajah dan sempat mengeluarkan darah.

Kasat Reskrim Polres Manokwari AKP Indro Rizkiadi membenarkan insiden pemukulan tersebut. Indro menyebut tengah mendalami kasus ini.

“Setelah dilaporkan oleh pihak SPKT, nanti akan didiskusikan dengan bapak Kapolres,” tukasnya. (ian,rmol)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry