PRIGEN | duta.co – Danone AQUA melalui PT Tirta Investama – Pabrik Pandaan (AQUA Pandaan) bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Montpellier, Perancis menyerahkan hasil Kajian Kerjasama Riset Sumber Daya Air tanah di DAS (Daeral Aliran Sungai) Kedunglarangan.
Penyerahan itu dikemas dalam sebuah seminar yang digelar di Prigen, Pasuruan, Kamis (24/10/2024).
Kegiatan ini dihadiri juga oleh seluruh Pemangku kepentingan dan Pemanfaat air di Pasuruan seperti Forum DAS Pasuruan, pengelola Taman Hutan Rakyat, Dinas-terkait, komunitas pegiat lingkungan, Perusahaan-perusahaan di Pasuruan juga akademisi dan media.
Kajian ini bertujuan untuk memahami siklus air di DAS Kedunglarangan meliputi daerah resapan, perubahan tata guna lahan, dan neraca air tanah. Data-data dan kesimpulan kajian tersebut akan menjadi dasar untuk menentukan langkah dan tahapan konservasi juga bisa menjadi dasar bagi pengembangan pertanian bagi seluruh Masyarakat Pasuruan, khususnya di lereng timur Gunung Arjuno.
Pada kesempatan ini Water Resources, Science & Process Technology Director Danone Indonesia, Azwar Satrya, mengatakan pengelolaan DAS secara kolektif merupakan langkah penting karena bisa memberikan dampak nyata yang luas.
“Hal ini juga sekaligus menyelaraskan semua pemangku kepentingan di satu kawasan. Penelitian kami mulai sejak 2020 dengan tantangan situasi Pandemi, Bersyukur proses kajian ini bisa dilalui dengan baik dengan dukungan semua pihak,” kata Azwar.
“Kajian ini juga merupakan wujud kontribusi AQUA Pasuruan berkontribusi pada pelestarian lingkungan melalui basis keilmuan, upaya tersebut juga menjadi pijakan semua pihak untuk bisa bersinergi. Tak lupa kami juga mengajak semua pemanfaat air di Pasuruan untuk bisa mewujudkan pengelolaan DAS dengan lebih bijak air di masa mendatang,” tambahnya.
Sementara itu Kepala Dinas LH Kabupaten Pasuruan, H. Taufikhul Ghony, SE., M.Si., sekaligus Ketua Forum DAS Kabupaten Pasuruan mewakili Pj. Bupati Pasuruan menyampaikan bahwa kajian lingkungan secara kelimuan seperti ini bisa jadi dasar kuat dalam menentukan kebijakan yang sesuai kebutuhan di Kabupaten Pasuruan.
“Kami telah berupaya mengembangkan kebijakan lingkungan yang mengatur industri untuk berkontribusi pada Upaya konservasi. Selain itu juga mewujudkan sistem pembayaran jasa lingkungan hidup. Peran serta semua pihak diperlukan”, tegas Taufik .
“Jangan lupa bahwa dengan adanya Forum DAS, Pasuruan menjadi satu-satunya pemda yg inovatif dalam hal pengelolaan Sumber Daya Air. Semoga hasil kajian ini bisa menjadi komitmen bersama untuk menguatkan pelestarian lingkungan, khususnya di DAS Kedung larangan,” tambah Taufik.
Sementara itu Patrick Lachassagne dari Universitas Montpellier didampingi Prof. Dr.rer.nat. Ir. Heru Hendrayana, IPU, dari Universitas Gajah Mada menyampaikan hasil kajian studi bersama ini dapat mengetahui daerah resapan, yang mencakup desa-desa seperti Tretes, Prigen, Pecalukan, Ledug dan Dayurejo di ketinggian 500 hingga 3.300 meter. Dengan mengetahui daerah resapan, maka dapat diketahui juga cadangan air tahunan pada Zona Tengah, termasuk mata air utama seperti PDAM Plintahan, Toyoarang, dan Durensewu dan sumur bor yang banyak digunakan oleh industri.
Saat ini, daerah resapan menghasilkan 1.200-liter air per detik, dengan 670 liter per detik mengalir dari mata air. Namun, penggunaan sumur bor meningkat 200% dari 2010 hingga 2020, mencapai 560 liter per detik, yang terbagi untuk tekstil, manufaktur, dan industri lainnya (54%), AMDK (21%), PDAM (13%), hotel dan perumahan (8%), serta air isi ulang (4%). Dengan manajemen air tanah yang baik, tren ini bisa distabilkan untuk menjaga keseimbangan sumber daya air bagi semua pihak.
Kajian ini juga memberikan informasi akurat bagi pemerhati lingkungan yang berencana melakukan konservasi. Luasan dan lokasi yang tepat, serta vegetasi yang sesuai, dapat ditentukan, dan teknik konservasi seperti sumur resapan, rorak, dan biopori bisa diterapkan lebih efektif.
Selain itu, pemantauan mata air PDAM dan sumur bor, termasuk level air dan debitnya, harus terus dilakukan. Forum Multi Pemangku Kepentingan akan melaksanakan langkah-langkah ini untuk mengembangkan skenario lain. Di daerah resapan, juga terpantau perubahan lahan signifikan seperti peningkatan pemukiman, pertanian heterogen, dan tanah terbuka yang dapat meningkatkan risiko kontaminasi air tanah dari limbah domestik dan pupuk jika tidak dikelola dengan baik.
Prof. Heru menambahkan hasil kajian ini jadi pengingat buat semua agar bisa bersama-sama menjaga CAT (Cekungan Air Tanah) Pasuruan, khususnya DAS Kedunglarangan. “Kajian serupa pernah kami lakukan juga di Lereng Tenggara Gunung Merapi di Sub DAS Pusur juga di Lereng Tengger yang masuk DAS Rejoso,” tegasnya.
Hasil studi atau kajian ini nantinya akan bisa dimanfaatkan oleh semua pihak pemanfaat air di Pasuruan. Data ini menjadi baseline untuk menerapkan Upaya konservasi di area hulu maupun merencanakan intergrasi program pelestarian dari hilir maupun area tengah. ril/li