JOMBANG | duta.co – Pekan Ngaji Tafsir Nusantara di Pondok Pesantren Darul Ulum dilaksanakan secara hybrid (Daring dan Luring). Narasumber K.H. Thoifur Ali Wafa, dengan kitab tafsirnya, Firdaus An-Na’im, tidak bisa hadir karena faktor kehesatan. Kendati demikian, antusias para peserta tetap membara hingga akhir acara.
Acara yang berlangsung hampir dua jam ini diawali dengan penjelasan K.H. Thoifur tentang alasan penyusunan kitab tafsir Firdaus An-Na’im.
“Beliau menegaskan bahwa kitab tersebut disusun untuk memudahkan para pembaca Al-Qur’an dalam memahami dan mentadabburi kandungannya,” kata K.H. Thoifur dalam pengajian Pekan Ngaji Tafsir Nusantara hari ketiga, Senin (20/01).
Menurutnya, tafsir ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan pembaca, khususnya dalam pembahasan hukum-hukum fiqih dari empat madzhab serta variasi qiraat sab’ah dan juga pembahasan masalah tasawuf.
Dalam kesempatan ini, Kiai Thoifur juga menanamkan pentingnya khidmah kepada ulama agar ilmu yang diperoleh barokah dan memberikan manfaat. Kiai Thoifur juga menjelaskan cukup panjang tentang sejarah pembukuan Al-Qur’an, mulai dari masa Nabi Muhammad SAW hingga periode Khalifah Utsman bin Affan.
Sesi tersebut memberikan wawasan mendalam kepada para peserta yang hadir, baik secara langsung maupun melalui platform daring. Peserta terlihat tekun mengikuti paparan Kiai Thoifur yang disampaikan dengan gaya khas beliau yang lugas namun penuh makna.
Acara ini ditutup dengan pemberian ijazah kitab Firdaus An-Na’im kepada seluruh peserta. Dengan penuh haru, K.H. Thoifur memanjatkan doa agar ilmu yang disampaikan menjadi berkah, bermanfaat, dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pekan Ngaji Tafsir Nusantara di Pondok Pesantren Darul Ulum ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga semangat mencari ilmu meski di tengah berbagai keterbatasan. Antusiasme peserta adalah bukti nyata bahwa tradisi keilmuan tetap hidup dan berkembang di tengah umat muslim, terutama para santri. (din)