

KECERDASAN buatan (Artificial Intelligence/AI) kini bukan hanya teknologi yang hanya dapat dilihat di balik layer, tetapi telah menjadi “otak” yang mengatur apa yang dilihat, dipikirkan, bahkan dirasakan oleh penggunanya.
Generasi Z, kelompok muda yang hidup sepenuhnya di dunia digital, tumbuh bersama media sosial dan teknologi pintar. banyak dari mereka tidak sadar bahwa perilaku scrolling, preferensi konten, hingga emosi mereka di media sosial, sebagian besar dipengaruhi oleh algoritma berbasis AI.
Setiap kali seseorang memberi like, menonton video sampai habis, atau menulis komentar, sistem AI belajar dan menyusun “profil digital” pengguna tersebut.
Profil itu kemudian digunakan untuk menampilkan konten yang dianggap paling menarik sehingga menciptakan lingkaran perhatian tanpa ujung yang membuat Generasi Z betah berjam-jam di layar ponsel mereka.
Bagi Generasi Z, menjadi bagian dari tren berarti eksis. Tapi di era AI, tren sering kali bukan lahir dari kreativitas manusia, melainkan hasil prediksi sistem. AI di media sosial memindai data dari jutaan pengguna untuk menentukan jenis konten yang paling berpotensi viral.
Akibatnya, banyak pengguna socmed terdorong untuk menyesuaikan diri dengan algoritma bukan lagi mengekspresikan diri secara otentik.
Meski penuh tantangan, AI juga membuka peluang besar. Banyak Generasi Z kini memanfaatkan AI untuk menciptakan karya kreatif, mulai dari desain, musik, hingga tulisan. Dengan bantuan AI, ide bisa diwujudkan lebih cepat dan lebih mudah. Tetapi tidak semua hal tentang AI bernilai positif.
AI juga membuka persoalan etika baru seperti privasi data, deepfake dan manipulasi informasi. Gen Z perlu memiliki literasi digital dan etika AI agar tidak hanya menjadi konsumen tren, tapi juga pengguna yang sadar teknologi. Di era digital ini, perbedaan antara trending dan thinking semakin tipis.
AI mungkin bisa menebak apa yang disukai Generasi Z, tapi tidak bisa menggantikan kemampuan mereka untuk berpikir, berkreasi, dan membuat keputusan etis. Generasi Z hidup dalam dunia yang diciptakan algoritma, tapi masa depan tetap berada di tangan mereka yang mampu menggunakan teknologi dengan kesadaran dan kebijaksanaan. *