SITUBONDO | duta.co – HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy, pengusaha muda asal Kabupaten Situbondo yang sudah malang-melintang pada dunia pertambangan tingkat nasional, kini sedang merintis bisnis Udang Lobster tingkat internasional.
“Saat ini saya sedang perjalanan dari Maumere – Kabupaten Sikka menuju ke Larantuka Kabupaten Flores Timur Nusa Tenggara Timur. Saya dan TIM BALAD GRUP sudah melakukan survei di 14 Teluk di 4 Kabupaten, yakni Kabupaten Manggarai Barat, Kab Ngada, Kab Ende dan Kab. Sikka,” kata HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy pengusaha muda berkarakter asal Kabupaten Situbondo ini, Senin, (8/7/24).
Lebih lanjut, Haji Lilur, panggilan akrab HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy, mengatakan, pihaknya masih menyisakan survei di 4 Kabupaten lagi, antaranya Kab. Flores Timur, Kab. Lembata, Kab. Rote Ndao dan Kab. Alor, lalu kembali pulang dari Kupang.
“Kami sudah menjelajah seluruh Pulau Flores dari Ujung Barat Kab. Manggarai Barat hingga ke Ujung Timur Kab. Flores. Kami juga sudah memutuskan beberapa Teluk yang kami pilih sebagai lokasi budi daya Lobster,” kata Haji Lilur yang masih keturunan salah satu Walisongo ini.
Tak hanya itu yang disampaikan Haji Lilur, namun, pertanyaannya, sehebat apakah Budi Daya Lobster dibandingkan Tambang?
“Mari kita bandingkan budi daya Udang Lobster versus Tambang. Bisnis Lobster alias Udang Barong ada 2 kategori yakni, 1. Jualan Benih Bening Lobster – BBL setiap hari ke Vietnam dan 2. Budi Daya Lobster,” jelas pria yang giat menggempur pelaku tindakan-tindakan korupsi.
Lebih lanjut, Haji Lilur menjelaskan bahwa jualan Benih Bening Lobster (BBL) atau Baby obster setiap hari ke Vietnam, volumenya bisa minimal 2.000.000 Ekor per hari, marginnya minimal 5 ribu rupiah penghasilannya 10 Miliar per hari.
Lalu, lanjut Haji Lilur, bandingkan bisnis Udang VS Tambang dalam Skala 1 Tahun. “Harga satu Batubara GAR 5000 = 50 US$, 2. Harga Satu Ton Nikel Kandungan 1.8% = 40 US$ dan 3. Harga Satu Kilo Gram Lobster Usia 1 Tahun = 150 US$. Lalu kita hitung keuntungannya dalam 1 Tahunnya,” tuturnya.
ADARO Raja Batubara Kalteng, kata Haji Lilur, punya keuntungan 21 Triliun dan keuntungannya tidak akan lebih dari Batubara.
“Sedangkan Budi Daya Lobster di NTT saya targetkan hanya 100.000.000 Ekor, untungnya 1 juta rupiah per ekor, jika di jumlah total keuntungannya menjadi 100 Triliun,” terang Haji Lilur.
Jika Berau Coal, KPC dan Adaro ini digabung dengan si Raja Batubara ini, imbuh Haji Lilur, maka untungnya tidak akan mengalahkan budi daya Lobster di NTT.
Lalu bagaimana kalau budi daya di 10 provinsi dan budidayanya 1 Miliar Ekor Lobster? “Maka kIta bisa bantu NKRI memajukan pendidikan Rakyat Indonesia,” katanya.
Dari mana modalnya? Kata Haji Lilur, dari jualan Baby Lobster ke Vietnam. “1. Jualan Baby Lobster setiap hari ke Vietnam, 2. hasilnya berbudi daya Lobster di Ratusan Teluk di Seluruh NKRI akan bisa membantu NKRI dan bisa membantu pendidikan rakyat Indonesia yang kurang mampu,” tuturnya.
Ekspedisi Barong Nusantara (E-BARA), kata Putra Kelahiran Sokaan, Desa Trebungan, Kecamatan Mangaran, Kabupaten Situbondo ini, sebuah upaya Patriotis menjadikan Indonesia pemilik benih bening Lobster jadi Raja Ekspor Lobster Dunia mengalahkan negara Vietnam yang sekarang menjadi Raja Ekspor Lobster Dunia.
“Namun, mendatangkan Baby Lobster dari Indonesia akan menjadi Raja Lobster dunia,” pungkas Patriot Nusantara, HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy. (her)