Dekan FK Unair Prof Budi Santoso (kanan) bersama, Kepala Departemen Obgin FK Unair Dr dr Brahmana Askandar (dua dari kiri) dan Wakil Rektor Unair Prof Bambang Sektiari (kiri) berfoto bersama Prof Johannes usai inagurasi Adjunct Professor di Aula FK Unair, Kamis (9/11/2023). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Angka Kematian Ibu (AKi) di Indonesia masih tinggi. Data dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) jumlahnya 180 per 100 ribu kelahiran hidup.

Kematian ibu ini jumlahnya nomer dua setelah penyakit jantung. Penyebab kematian ibu yang terbesar karena hipertensi dan pendarahan.

Karena itu, Departemen Obstetri & Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga (FK Unair) mendatangkan Associate. Prof. Johannes Jürg Duvekot,MD, PhD dari Erasmus University Medical Centre, Rotterdam, Belanda.

Prof Johannes adalah ahli dalam bidang tersebut sehingga FK Unair menganugerahkan Adjunct Professor padanya. Selama setahun, Prof Johannes akan menjadi bagian dari FK Unair di mana akan melaksanakan fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni mengajar, melakukan penelitian bersama dan pengabdian masyarakat.

Dekan FK Unair, Prof Dr dr Budi Santoso mengatakan Prof. Johannes cukup concern terhadap upaya penurunan angka kematian ibu,” tuturnya.

Prof Budi berharap dengan kehadiran Prof Johannes dari Belanda dapat mentransfer ilmunya kepada calon spesialis obgyn utamanya di FK Unair.  “Itu sebagai langkah pencegahan, karena bagaimanapun juga langkah pencegahan masih lebih baik (untuk menekan AKI),” tukasnya.

Langkah pencegahan itu dapat dilakukan dengan diagnosis secara tepat hemorrhagic postpartum (HPP). Ada banyak faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya perdarahan  postpartum yaitu usia ibu tidak muda lagi saat hamil, jarak hamil kurang dari 2 tahun, anemia, riwayat persalinan buruk sebelumnya hingga status gizi ibu.

“Upaya pencegahan sebenarnya sudah dilakukan hanya saja selalu muncul problem, misalnya saat harus dirujuk masih main rundingan dulu sama keluarga. Problem seperti ini yang bisa memicu keterlambatan penanganan,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut Prof Budi juga mengungkapkan jika sejatinya tingginya AKI di Indonesia masih lebih rendah dibanding negara-negara lain di ASEAN.

“Misalnya untuk Kambodia dam Laos. Hanya saja proses penurunan AKI di sana cukup cepat, dari sekitar 600an bisa ke angka 200an. Nah kita dari angka 300 masih turun di angka 180an. Saya kuatir nanti kita malah bisa disalip kalau tidak melakukan upaya-upaya yang lebih baik,” tandasnya.

Prof Johannes sendiri mengaku di Belanda angka kematian ibu sangat rendah. Hanya 6 dari 100 ribu kelahiran hidup. Itu semua tidak lain karena kesadaran ibu sangat tinggi untuk memeriksakan kehamilannya. “Sehingga ketika ada kelainan bisa lebih cepat ditangani dan diambil tindakan,” katanya.

Karenanya kata Prof Johannes, edukasi  masyarakat sangat penting dilakukan. Tindakan preventif jauh lebih penting dilakukan dari pada harus melakukan pengobatan. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry