STOK AMAN : Rombongan Komisi IV DPR RI yang dimpimpin ketuanya Viva Yoga Mauladi ditemani Kepala Divre Bulog Jatim, Muhammad Hasyim saat melihat stok beras di gudang Bulog Buduran, Kamis (31/5). DUTA/endang

SURABAYA | duta.co – Rombongan anggota Komisi IV DPR RI yang dipimpin ketuanya Vivo Yoga Mauladi mengaku senang karena stok beras di Jawa Timur aman hingga beberapa bulan ke depan.

Hal itu terungkap saat beberapa anggota dewan itu mengunjungi gudang Bulog Buduran Sidoarjo, Kamis (31/5).

“Kami senang usai melihat sendiri bahwa stok beras di Jatim ini aman. Alhamdulillah, Jatim memang lumbung padi nasional,” ujar Anggota Komisi IV DPR RI Oo Sutisna di sela kunjungan.

Rombongan anggota Komisi IV ini mendapat kepastian amannya stok beras di Jatim dari Kepala Divisi Regional (Kadivre) Bulog Jatim, Muhammad Hasyim yang mendampingi saat kunjungan dilakukan.

Muhammad Hasyim saat ditanya stok beras yang ada mengatakan bahwa stok di Jatim untuk beras lokal sebanyak 180 ribu ton. Sementara beras impor sebanyak 60 ribu ton.

“Tapi beras impor tidak untuk di Jatim. Beras impor itu hanya numpang untuk transit di gudang ini. Diedarkannya di luar Jawa, terutama ke Indonesia Timur,” kata Hasyim.

Jatim dikatakan Muhammad Hasyim memang tidak butuh beras impor. Produksi yang hampir 1 juta ton per tahun masih lebih karena konsumsi hanya sekitar 650 ribu ton. “Jadi beras impor itu memang tidak boleh diedarkan di sini,” tandasnya.

Sebelum meninjau gudang Bulog di Buduran Sidoarjo, anggota Komisi IV ini juga melakukan sidak ke Pasar Wonokromo. Di pasar itu, anggota dewan berdialog dengan pedagang. Dari dialog itu ditemukan bahwa beras Bulog masih belum disukai masyarakat.

“Kita hanya memberikan pilihan. Produk kita itu ada segmentasinya. Yang penting produk kami ada di pasaran. Masyarakat mau membeli yang mana silahkan saja memilih,” tukas Hasyim.

Sementara itu, dalam pertemuan itu juga dibahas mengenai tanggung jawab Bulog dalam hal menyalurkan beras kepada masyarakat pra sejahtera  dalam program beras untuk masyarakar pra sejahtera (Rastra).

Dalam hal ini peran Bulog terus terkurangi paska diberlakukannya program Bantuan Pangan Non Tunai (BPTN) bagi keluarga penerima manfaat (KPM).’

Jika sebelumnya dalam setiap bulan Bulog harus menggelontorkan beras sekitar 42 ribu ton untuk program Rastra masyarakat Jatim, maka sekarang hanya tinggal 19 ribu ton per bulan.

Bahkan sampai akhir tahun nanti, diperkirakan beras yang harus didistribusikan Bulog untuk program Rastra tinggal 200 ribu ton per tahun.

Kalau dulu melalui program Rastra Bulog harus sepenuhnya menyediakan seluruh beras yang dibutuhkan, maka dengan bergantinya bantuan menjadi BPNT, swasta juga bisa menyuplai melalui kios-kios tersebut.

“Artinya  peran Bulog sekarang sudah terkurangi. Nah ini seperti kata teman-teman tadi, ini adalah tantangan buat Bulog,” ujar Oo Sutisna. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry