JAKARTA | duta.co – Isu beredar menyertai penangkapan Andi Arief. Wasekjen Demokrat itu disebut-sebut dijebak memakai narkoba dan wanita yang hingga sekarang masih misterius. Polisi membantah dua isu itu. Polisi menyebut tak ada skenario penangkapan Andi. Polisi juga membantah Andi ditangkap bersama seorang wanita yang sempat disebut berprofesi sebagai artis.
Isu dijebak muncul karena Andi dinilai sangat kritis kepada Jokowi. Mulai soal surat suara yang dicoblos hingga paling anyar soal 22 juta saksi kubu Jokowi di TPS yang dinilai Andi hanya akal-akalan politik uang saja.
Bahkan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin sempat meminta Ketum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) agar menegur kadernya, Andi Arief, terkait dengan hoax 7 kontainer surat suara tercoblos.
“Kita meminta kepada Partai Demokrat, khususnya Pak SBY, untuk merespons masalah ini. Paling tidak menegur terhadap kadernya. Andi Arief itu memang sangat intens melakukan komunikasi di medsos dan memang sangat dekat dengan SBY,” kata Direktur Hukum dan Advokasi TKN Jokowi, Irfan Pulungan, dalam jumpa pers Direktorat Hukum dan Advokasi TKN Jokowi-Ma’ruf di Rumah Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/1/2019).
Andi Arief sendiri sudah dilaporkan timses Jokowi karena diduga menyebarkan hoax adanya 7 kontainer surat suara yang telah dicoblos.
“Kami berharap ada semacam teguran yang dilakukan oleh Partai Demokrat atau SBY terhadap masalah ini. Saudara Andi Arief yang men-tweet masalah itu, kami menyesalkan dan menyayangkan dia tidak melakukan klarifikasi terhadap masalah itu,” kata Irfan.
Times Jokowi pun menduga ada maksud tertentu dari tweet Andi Arief soal hoaxtersebut. Irfan kemudian menyinggung soal isu adanya pihak yang ingin mendelegitimasi KPU.
“Ini patut diduga apakah ini ada kesengajaan yang dibiarkan, agar opini publik, publik bertanya-tanya terhadap masalah ini. Kita tidak menginginkan adanya delegitimasi pemilu terhadap masalah ini,” tuturnya.
Akal-akalan Politik Uang
Andi juga mengkritik calon presiden inkumben Joko Widodo (Jokowi) yang bakal menyiapkan 22 juta saksi dalam mengawasi pemilihan presiden. Namun penyiapan jutaan saksi dinilai Andi Arief sebagai akal-akalan politik uang.
Salah satu akal-akalan politik uang adalah untuk vote buying di TPS dengan alasan saksi. Bawaslu bisa apa?” ujar Andi, Jumat (1/3/2019).
Menurut Andi, membayar saksi dengan jumlah 22 juta itu, bagi inkumben adalah hal yang mudah. Sebab, capres inkumben Jokowi menguasai semua sumber.
“Kalau 01 bisa membeli suara atas nama saksi sebanyak 22 juta saksi, artinya bisa saja jumlah saksi dibeli dua atau tiga kali lipatnya. Mengumpulkan uang untuk mendapatkan saksi bukan hal susah bagi petahana yang sudah kuasai semua sumber daya di saat hampir kalah,” jelas Andi.
Andi menjelaskan, jangan hanya pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang menjadi lawan penyelenggara Pemilu negara tetapi ancaman vote buying atas nama saksi pihak inkumben.
“Kesimpulan saya, bukan semata negara yang menjadi lawan paslon 02, tetapi ancaman vote buying atas nama saksi yang akan sebabkan gemuruh arus perubahan bisa terhenti. Dan, ancaman itu sudah eksplisit dikemukakan 01 atas nama saksi,” demikian Andi.