HASIL PENEN: Kepala Desa Masangan, Bungah Gresik, M Nur Hadi dengan sayur hasil panen petani Dusun Gerogol, Masangan, Bungah, Gresik. Sayur yang terdiri atas bayam, kangkung, dan sawi menjadi potensi andalan Desa Masangan. (FT/DUTA.CO/AROHMAN)

Sosok dan Kiprah Kepala Desa Masangan, Bungah, Gresik, M Nur Hadi

Tanah berkerikil cocoknya memang untuk ditanami palawija dan umbi-umbian. Namun faktor perawatan yang lama dan hasil tidak seberapa, membuat sebagian warga Dusun Gerogol, Desa Masangan, Kecamatan Bungah Gresik beralih menanam sayuran berupa bayam dan kangkung juga sawi. Hasilnya? Mereka mampu panen lebih cepat dan hasil yang lebih menguntungkan guna menopang kehidupan sehari-hari.

PAGI belum terlalu beranjak, ketika kami datang di Dusun Gerogol yang secara administratif masuk wilayah Desa Masangan, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik. Lokasi itu sekitar tiga kilometer ke arah barat dari kota kecamatan Bungah.

Memasuki Dusun Gerogol panorama tegalan akan menyambut di kanan-kiri jalan yang rata-rata ditanami pohon jati juga pohon mangga. Ruas jalannya pun cukup luas dan mulus berbahan beton, sehingga siapa pun yang mengaksesnya tidak akan kesulitan. Ini tentu berbeda 180° dari kondisi jalanan yang sama pada 10 – 20 tahun silam yang hanya berupa jalan makadam beralas bebatuan tajam. Bahkan desa Gerogol juga sempat menjadi sasaran program ABRI Masuk Desa (AMD) pada awal tahun 1990-an.

Kemajuan Desa Gerogol sekarang tentu tak lepas dari sosok guru muda yang kemudian dipercaya oleh warga setempat sebagai kepala desa (Kades), yakni M Nur Hadi. Kades Masangan ini berupaya keras untuk memajukan desa kelahirannya yang notabene warganya berpenghasilan utama dari pertanian dan beternak.

Areal persawahan tadah hujan selama bertahun-tahun telah menjadi penyokong utama pertanian setempat dengan waduk penyedia irigasi yang memadai. Meski demikian warga tidak bisa sepenuhnya berharap dari persawahan yang hanya bisa panen setahun sekali. Untuk itu, melalui wawasan yang cukup, sang Kades berupaya memaksimalkan kebun sayur sebagai produk unggulan Desa Masangan yang dipimpinnya.

 

Bermula dari Satu Warga

Adalah H Sikan yang mengawali menanam bibit sayur berupa kangkung, bayam, dan sawi sekitar tahun 1988. Usaha berkebun sayur itu dilakukan di sela kesibukan sehari-hari merawat jagung, singkong, kacang-kacangan dan palawija lainnya. Hasilnya kemudian dijual ke pasar atau kepada para welija (pengepul, red).

“Awalnya ini merupakan usaha sampingan. Namun setelah dirasa lebih dapat memberi keuntungan, akhirnya dijadikan matapencarian utama sehar-hari oleh warga Gerogol,” terang Nur Hadi saat dijumpai di kediamannya, Dusun Gerogol, Masangan, Bungah, Gresik.

Tanaman sawi, bayam, dan kangkung kurang dari sebulan sudah bisa dipanen. Tentu itu lebih cepat menghasilkan daripada tanaman padi atau palawija yang minimal memerlukan waktu 3-4 bulan menunggu panen. Menurut alumnus MA Ma’arif Assa’adah Sampurnan Bungah Gresik itu, setiap hari seorang petani mengantongi sekitar Rp250 ribu dari hasil memanen sayur. Pasti itu lebih menjanjikan daripada bertanam padi di sawah.

“Rata-rata petani memanen 3 – 5 gulud per hari. Satu gulud menghasilkan 100 ikat. Satu ikatnya dijual Rp500 rupiah. Untuk ukuran satu gulut sekitar 2 x 10 meter,” terang Hadi.

“Pendapatan itu masih kotor, belum dipotong biaya bibit, pupuk, dan perawatan sekitar 30-40 persennya. Jadi masih cukup lumayan untuk menutup biaya hidup sehari-hari dan sebagian juga untuk tabungan warga,” tambah Nur Hadi lagi.

Selama ini, petani Gerogol memperoleh bibit dari Kabupaten Lamongan. “Petani mendapatkan dengan dikoordinasi oleh kelompok petani setempat. Sementara untuk pupuk, para petani mengandalkan organik dari sisa pembuangan peternakan yang ada di sekitar, ditambah pupuk buatan pabrik (urea, red),” beber pria kelahiran 42 tahun lalu itu.

 

Kendala dan Harapan

Ditanya tentang kendala, Nur Hadi menambahkan bahwa petani sayur di desanya selama ini berharap bisa mendapat bantuan dari pemerintah, namun sayang pemerintah Kabupaten Gresik masih memprioritaskan proyek swasembada padi, sebagaimana yang diinginkan dinas pertanian Provinsi Jawa Timur, katanya. Alhasil beberapa kali prosal dan usulannya untuk pengembangan pertanian sayur di desanya selalu mentah di tangan pemerintah.

Kendala lain, menurut Kades Masangan termuda itu, pupuk pabrik selama ini selain mahal juga kerap sulit didapatkan. “Petani kita masih mengandalkan pupuk bersubsidi, tapi pupuk ya begitu itu, kalau saatnya diperlukan selalu tidak ada barangnya,” kelakarnya bernada sindiran.

Sementara untuk pemasaran, petani Dusun Gerogol langsung diambil oleh pengepul untuk didistibusikan ke Pasar Kota Gresik dan Lamongan. “Kami juga telah mengupayakan perluasan distribusi pemasaran dengan bekerja sama dengan Lurah Tambak Osowilangun Surabaya dengan mendistribusikannya di PIOS (Pasar Induk Osowilangun Surabaya),” tambah Hadi.

Sebagai program pengembangan, M Nur Hadi menceritakan Desa Masangan yang dipimpinnya sekarang, melalui Dusun Gerogol telah membuka Kampung Pendidikan. “Melihat potensi semakin berkembangnya pertanian sayur di desa ini, ada beberapa warga yang kemudian membuka lahannya untuk masyarakat umum sebagai tempat belajar. Rata-rata siswa sekolah bersama guru mereka berkunjung untuk belajar menanam dan memanen sayur-mayur langsung di ladang,” jelentreh penyandang gelar sarjana pendidikan islam tersebut.

 

Warga Semakin Makmur

Saat kami berkunjung langsung ke kebun sayur di Gerogol, rata-rata tak terlihat lahan kosong. Sebaliknya hampir semua permukaan lahan menghijau oleh segarnya dedaunan sawi, bayam, dan kangkung. Kalaupun ada yang kosong, itu pun sedang dipersiapkan untuk pembukaan gulud baru yang segera akan ditanami sayur oleh pemiliknya.

Di tengah terik matahari, tampak sepasang petani sedang asyik memanen bayam dengan cara mencabuti batang-batangya dari tanah, kemudian mengikatinya seukuran genggaman tangan. Satu per satu ikatan itu kemudian dikumpulkan ke pematang.

“Alhamdulillah, lumayan bisa untuk kebutuhan sehari-hari,” kata H Sikan yang mengaku sudah sejak awal dan menjadi pelopor rekan-rekan petani di desanya menanam sayur.

“Ya beginilah. Kami bisa memanen setiap hari. Kalau kangkung masa panennya setiap 20 hari, sedangkan bayam sekitar 25 hari. Sehari kami bisa panen 3—5 guludan. Lumayan daripada nganggur di rumah,” papar H Nurhadi, petani lain yang saat itu sedang panen bayam ditemani istrinya.

Melihat perkembangan desa dan taraf hidup warganya yang semakin baik, Kades M Nur Hadi juga turut gembira. “Semoga apa yang kami upayakan bisa memberi manfaat kepada masyarakat,” tandasnya.

“Dengan semakin tergalinya potensi asli masyarakat, kami terus berupaya memberikan yang terbaik untuk warga. Apa yang kami upayakan ini juga dengan bantuan segenap warga, dan hasilnya pun kembali untuk warga,” pungkas Hadi bangga. arm

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry