Gus Hasib (kiri) dalam sebuah acara Jombang Bersholawat. (FT/picdove.com)

SURABAYA | duta.co – Anda mungkin tidak bisa membantu NU secara materi, tenaga, bahkan pikiran, tetapi, Anda punya kesempatan emas ikut menyelamatkan NU dari jebakan kekuasaan.  Tanpa ribut, tanpa gontok-gontokan, tanpa susah payah, cukup datang ke TPS Rabu 17 April 2019, pilih Prabowo-Sandi.

Demikian disampaikan KH Hasib Wahab Chasbullah yang akrab dipanggil Gus Hasib (putra pendiri Nahdlatul Ulama, almaghfurlah KH Wahab Chasbullah) dalam sebuah kesempatan. Mengapa?

“Karena hari ini NU sudah dikuasai begundal-begundal politik, dikooptasi kekuasaan. Kolaborasi mereka (politisi dan kekuasaan red) sudah tidak mungkin dilawan dengan muktamar. Maka, jalan paling aman, tanpa ribut, tanpa gontok-gontokan untuk menyelamatkan NU adalah memotong jalur kekuasaan. Ini maksud beliau (Gus Hasib),” demikian disampaikan H Agus Sholachul A’am Wahib, yang juga cucu pendiri NU ini kepada duta.co, Sabtu (01/12/2018).

Gus A’am Wahib, Ketua Umum BKSN (Barisan Kiai dan Santri Nahdliyin) ini menjelaskan panjang lebar, mengapa pihaknya sampai mendirikan BKSN segala. Bukankah ada PCNU, PWNU yang bisa mengingatkan PBNU? Ternyata, tidak.

“Sudah tidak ada instrumen yang bisa mengingatkan PBNU. Kita tidak bisa berharap kepada PCNU yang memiliki wewenang untuk mengingatkan atasannya. Ketika Rais Aam sudah menjadi Cawapres, dan semua diam, ini adalah ‘lonceng kematian’ NU,” jelasnya serius.

Masih menurut putra Menteri Agama ke-8 KH Wahib Wahab ini, tanda-tanda kerusakan NU sudah bisa dibaca sejak Muktamar ke-32 di Makassar. Kekuatan uang sudah membombardir NU, hilang sudah idealisme pengurus NU.

“Untungnya (saat itu) terselamatkan dengan terpilihnya Rais Aam PBNU (KH Sahal Mahfudh rd.) yang begitu kokoh menegakkan khittah 26. Beliau membuat benteng terakhir yang kita kenal dengan politik tingkat tinggi, bukan politik dukung mendukung, apalagi menjadi Cawapres,” ujarnya.

Ayo Bantu PCNU ‘Merdeka’

Menurut Kiai Sahal, politik tingkat tinggi itu adalah melakukan penyadaran hak-hak rakyat, melindungi mereka dari kesewenang-wenangan pihak manapun, dan memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan. NU juga harus terus mendorong pengembangan etika berpolitik untuk mewujudkan kehidupan politik yang santun, damai, dan tidak menghalalkan segala cara.

Kiai Sahal menyatakan bahwa NU sebenarnya sebuah organisasi Islam. Namun, NU berpolitik praktis atau tidak, itu tergantung pada para pengurusnya. Jika pengurusnya tidak bisa lepas dari praktik politik praktis, maka mereka akan selalu mempolitisasi NU. “Apabila pengurus NU-nya telah melepaskan politik praktis, tidak akan ada upaya mempolitisir NU. Demikian almaghfurlah Kiai Sahal,” tirunya.

Benteng Kiai Sahal ini, tambah Gus A’am Wahib, jebol di Muktamar 33 NU di Jombang. Begundal-begundal politik berhasil mengobrak-abrik tatanan NU. Klimaksnya ketika Rais Am PBNU berhasil diseret menjadi Cawapres.

“Ini puncak penghancuran NU. Tidak ada lagi instrumen yang bisa menyelamatkan. PBNU dan seluruh jajarannya, diam. Yang ada dzurriyah muassis NU dari Mbah Hasyim, Mbah Wahab, Mbah Bisri dan para masyayikh prihatin, lalu mendirikan Komite Khitthah (KK). Masalahnya apa bisa Komite Khitthah benahi NU? Sulit. Selain hanya halaqah ke sana ke mari?” tanya Gus A’am Wahib.

Itulah sebabnya, jawab Gus A’am, Gus Hasib memberikan tips cerdas, tanpa ribut, tanpa gontok-gontokan, karena beliau yakin NU akan diselamatkan oleh Allah swt. Caranya?

“Warga NU cukup datang ke TPS pada Rabu 17 April, pilih Prabowo-Sandi. Maka, tegaklah khittah NU pada Muktamar ke-34 NU yang akan datang. Dengan begitu, otomatis seluruh PCNU kembali merdeka, mengabdi kepada umat, bukan menjadi tangan kanan kekuasaan. Insya-Allah,” tutupnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry