KAMPUS UNIVERSITAS MALAHAYATI, tampak menterang. Keterangan foto id.wikipedia.org

LAMPUNG | duta.co – Ini kisah lucu, juga lumayan haru. Salah seorang peserta Muktamar ke-34 NU di Lampung, dari Jawa Timur mendapat jatah (tempat) di Asrama milik Universitas Malahayati, sebuah perguruan tinggi swasta Indonesia yang didirikan Yayasan Alih Teknologi, pada 27 Agustus 1993 silam. Tempatnya, sangat luas.

“Saking luasnya, dalam satu tower itu, hanya melihat hamparan tanah. Jauh dari keramaian. Kalau untuk ‘singidan’ (sembunyi) cocok. Tetapi, untuk peserta muktamar, jelas tidak pas. Bayangkan, untuk menuju Ponpes Darussa’adah, pusat kegiatan, butuh waktu 2 jam, itu pun pakai tol. Kalau lewat bawah, bisa 3 jam. Subhanallah!” kisahnya sambil geleng-geleng kepala kepada duta.co, Kamis (23/12/21).

Ada di kampus Malahayati? “Bukan. Asramanya. Masih masuk ke bawah sekitar 1 – 1,5 Km. Naik turun bukit. Asyik. Jauh dari jalan raya, tidak ada fasilitas apa-apa. Hanya ada bad susun dan kamar kecil,” jelasnya tersenyum.

Cukup? Belum, untuk bisa membeli makanan atau minuman, juga tidak mudah. “Meski badan terasa capek, sulit tidur. Mengapa, karena nyamuk Lampung ‘jahat-jahat’. Saya bertiga cuma sibuk melawan nyamuk,” tambahnya sambil tertawa lepas.

Awalnya, berpikir, enak. Bisa mempelajari materi muktamar dengan tenang. “Eh ternyata materi Muktamar juga tidak ada. Tas yang diberikan panitia hanya berisi buku-buku yang tidak ada kaitannya dengan muktamar. Astaghfirulllah,” jelasnya tersenyum lagi.

Akhirnya? “Saya telepon PWNU. Saya sampaikan bagaimana ini? Kalau begini caranya, tenaga habis untuk melawan nyamuk. Ampun deh. Ini mau muktamar apa singidan. Alhamdulillah, oleh PWNU kami bertiga bisa pindah tempat di hotel,” pungkasnya dengan wajah sumringah. (mky)