KEDIRI JAYA :Pasangan Gus Aiz dan Mas Jono saat jumpa pers di salah satu cafe di Kota Kediri (Nanang Priyo)

KEDIRI | duta.co — Menyikapi pemberitaan terkait maraknya sejumah alat peraga kampanye dirinya yang berpasangan dengan Sujono Teguh Widjaya, Aizuddin Abdurrahman akrab disapa Gus Aiz, cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asyari, menjawab dengan santai saat menggelar jumpa pers di salah satu cafe di Kota Kediri, Sabtu (27/1/2018).

“Saya justru berterima kasih kepada Satpol PP telah membantu membangun opini tentang visi dan misi kami,” jelasnya.

Dalam Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kediri akan digelar dalam Pilkada Serentak pada 28 Juni 2018 nanti, Partai Kebangkitan Bangsa dan Golkar secara resmi mengusung pasangan Gus Aiz dan Mas Jono. Sejumlah strategi pemenangan didukung visi misi untuk mewujudkan Kediri Toto Kediri Joyo, menjadi slogan yang akan diusung pasangan ini.

Menyebut nama Mas Jono, merupakan sosok anggota DPRD dari Partai Golkar yang paham tentang lika – liku politik lokal di Kota Kediri. Selain kontribusi jiwa sosialnya yang tak diragukan lagi. Kemudian Gus Aiz, merupakan menantu KH Anwar Iskandar, Pengasuh Ponpes Al–Amin Ngasinan Kota Kediri, merupakan mantan Ketua Umum Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa.

“Seperti halnya Mas Jono, saya ini juga pengusaha yang bersama kawan–kawan selain melakukan jaringan usaha juga memberikan kontribusi sosial dalam segala bentuk acara. Saya melihat Kota Kediri bisa lebih maju dan berkembang. Banyak anggaran dana di pemerintah pusat, bisa dipergunakan untuk warga. Makanya setelah melalui diskusi dengan sejumlah elemen, saya kemudian sepakat menggunakan jargon, Kediri Toto Kediri Joyo,” ungkap lelaki hoby otomotif ini.

Menurut Gus Aiz, dari diskusinya dengan sejumlah kelompok masyarakat dan tentunya para ulama di Kota Kediri, bahwa program pemberdayaan UMKM dan didukung permodalan, akan menjadikan kota ini lebih maju. Tersedianya tempat pariwisata menjadi destinasi baru, pendidikan yang layak serta cukup kemudian jaminan kesehatan khususnya kepada warga kurang mampu, harus lebih dioptimalkan.

“Contoh sederhana saya mendapat kabar Pasar Raya Sri Ratu terancam tutup sementara keberadaan pasar tradisional, dianggap kurang ramah dengan pedagang, seharusnya dalam pembangunan pasar seperti Setono Betek, tersedia ruang bermain anak, lahan parkir yang cukup kemudian didukung fasilitas umum yang baik. Bahwa dalam pembangunan tersebut harus melibatkan pedagang di dalamnya. Jangan kemudian dibangun ternyata muncul banyak permasalahan,” jelasnya. (nng)