SURABAYA | duta.co — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim sudah mengeluarkan imbauan bahwa ada 8 kabupaten yang masuk daerah rawan tsunami kategori tinggi. Tsunami sewaktu-waktu bisa terjadi apabila ada gempa bumi dengan kekuatan di atas 6,5 SR.

“Jadi di Selatan Jawa Timur itu ada 8 kabupaten berdasarkan banyak kajian dari BMKG, BNPB. Selatan Jatim itu zona rawan bencana tsunami kategori tinggi, termasuk itu rawan daerah bencana gempa bumi tinggi,” ujar Gatot Soebroto, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim kepada detikcom, beberapa waktu lalu.

Masyarakat harus siap. Jumat kemarin, sekitar seratus relawan disabilitas (tunarungu) mengikuti rapat koordinasi (Rakor) penanggulangan bencana dengan tema “Tangguh Bersama Seluruh Elemen Masyarakat Jawa Timur”.

Acara yang dikuti para relawan disabiltas se-Jawa Timur ini digelar di Hotel Novotel Samator, Surabaya, Jumat (11/6).

Koordinator Sekber Relawan Penanggulangan Bencana (SRPB) Jatim Dian Harmuningsih menjadi narasumber acara ini. Selain dia, juga ada narasumber Sekjen FPRB Catur Sudarmanto (Mbah Darmo).

Rakor ini dibuka oleh Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim Gatot Soebroto. Ia juga menjelaskan bahwa peran relawan, termasuk kelompok disabilitas, sangat penting. Mereka bisa menyosialisasikan penanggulangan bencana kepada kelompok atau komunitasnya.

Sementara, Dian Harmuningsih mengungkapkan, relawan disabilitas bisa bersinergi bersama relawan penangulangan bencana. Kapasitas para relawan disabilitas perlu ditingkatkan dalam upaya ketangguhan yang mandiri. Baik diri sendiri maupun keluarga.

p

“Penanggulangan bencana urusan bersama. Semua bisa jadi subjek. Sinergitas perlu dijadikan nyata, bukan hanya sekadar wacana,” katanya di hadapan para peserta.

Dalam acara ini ada pertanyaan yang cukup menarik dari salah seorang peserta. Peserta bernama Mei ini menggunakan bahasa isyarat ketika bertanya.

“Bagaimana melakukan evakuasi jika ada yang seperti kami. Sedangkan tim penolong tidak bisa bahasa isyarat, sehingga tidak mengerti maksud kami,” demikian pertanyaan dari Mei.

Pertanyaan tersebut menyadarkan kita semua. Menurut Dian, relawan penanggulangan bencana juga perlu dibekali kemampuan bahasa isyarat. “Tujuannya agar saat kita berkomunikasi dengan teman-teman disabilitas kita semua bisa memahami,” imbuhnya.

Dian berharap, ke depan, bisa bekerja sama mengadakan sebuah pelatihan  bahasa isyarat atau dikenal dengan istilah Bisindo bagi relawan dan masyarakat umum.(*)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry