SURABAYA | duta.co – Lingkar Ganja Nusantara (LGN) kembali menggelar Global Marijuana March (GMM) di Surabaya. Festival ini kali ketiga diadakan di kota Pahlawan dan yang kedelapan kalinya di Indonesia, Senin (20/5/2019).
Tujuan diadakannya festival oleh aktifis ganja internasional ini untuk menyerukan tuntutan penelitian ganja medis dan penggunaan ganja untuk pengobatan.
Sejak pertama kali diadakan di Indonesia, Surabaya, menjadi salah satu tuan rumah penyelenggara yang disertai semangat 500an relawan se-Indonesia Timur.
Tahun ini, festival digelar dengan mengusung tema ‘Gerakan Studi Arsip, Riset Budaya Ganja Nusantara’. Balai Pemuda Surabaya dipilih untuk menjadi tempat sebagai titik kumpul massa.
Tidak dapat disangkal ganja adalah salah satu isu yang paling kontroversial dalam sejarah modern (Indonesia dan dunia), tetapi sebenarnya sangat sedikit yang di ketahui orang tentangnya; misalnya saja, sampai saat ini beberapa media masih melanggengkan anggapan bahwa ganja adalah tanaman yang dibawa oleh belanda ke indonesia pada abad 19.
Rudi Wedhasmara SH, legal hukum dari LGN mengatakan bahwa di kalangan akademisi masih banyak yang belum berani meneliti potensi yang dimiliki pohon ganja. “Padahal ganja memiliki potensi besar untuk bisa dimanfaatkan untuk hal yang lebih positif, terlebih dalam bidang medis. Ada yang mau meneliti, tapi tidak tahu harus bagaimana menindaklanjuti hasil penelitiannya tersebut kedepan,” ujarnya, Senin (20/5/2019).
Untuk itu, LGN melalui YSN (Yayasan Sativa Nusantara) bermaksud menguak sebagian tanda tanya yang selama ini menyelubungi pohon ganja melalui gerakan #gerakanstudiarsip dalam kerangka besar riset Budaya Ganja Nusantara.
“Setiap tahunnya, peringatan ini, GMM selalu mampu mencuri perhatian nasional maupun internasional. Meneriakkan perjuangan kepada pemerintah RI untuk segera melibatkan diri dalam proses penelitian ganja medis seperti yang telah tersusun dalam proposal yang telah disetujui oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2014,” tambah Rudi. (eno)
