Keterangan foto (IST)

JOMBANG | duta.co — Putri presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Zannuba Ariffah Chafsoh, Rabu (21/8/23019) bersama sejumlah tokoh dari Forum Pembauran Kebangsaan serta mahasiswa Papua ziarah ke makam Gus Dur, di Tebuireng, Jombang.

Ning Yenny, demikian ia akrab dipanggil, mengaku sedih menyaksikan memanasnya situasi di beberapa daerah di Papua yang, seakan mengoyak kedekatan Gus Dur semasa hidupnya dengan masyarakat Papua.

“Bagi Gus Dur, orang-orang Papua adalah orang-orang yang dekat di hatinya. Almarhum Papa Theys, Bapa Toha, dan tokoh-tokoh Papua lainnya adalah kawan-kawan karibnya. Gus Dur pula yang mengizinkan warga Papua memanggil diri mereka dengan nama kebanggaannya: Papua,” tulis Ning Yenny di Instagram, Selasa (20/8/2019).

Adalah tepat, kalau Ning Yenny mengajak sejumlah tokoh ziarah ke makam Gus Dur. Bangunan toleransi, kebersamaan yang tancapkan Gus Dur tak boleh roboh.  Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Suara Gema NKRI dan Papua adalah kita.

Dari makam Gus Dur, setidaknya memberikan jawaban kepada masyarakat luas, khususnya warga Papua, bahwa, di Pulau Jawa dulu ada tokoh yang begitu dekat dengan warga Papua, beliau adalah KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur presiden ke-4 Republik Indonesia.

Pesan Ning Yenny, bangunan (kedekatan) Gus Dur dengan masyarakat Papua ini, harus terus dijaga. Ia berusaha meyakinkan bahwa semua warga Indonesia begitu sayang kepada Papua. Acara yang juga diisi pembacaan tahlil dan doa yang dipimpin HM Misbahus Salam, ini juga dilanjutkan doa oleh pendeta.

Selain itu, rombongan juga berkesempatan ramah tamah di dalem kesepuhan, bersama keluarga Besar Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.

Kepada Tempo, Ning Yenny menyampaikan keprihatinan yang dalam atas insiden bentrokan yang terjadi di Papua dan Papua Barat. Ia memandang peristiwa tersebut terjadi lantaran sentimen ras dan diskriminasi masih membelenggu.

“Ada lingkaran kekerasan dan diskriminasi yang masih terjadi terhadap masyarakat Papua,” kata Yenny dalam pesan pendek kepada Tempo.

Menurut Ning Yenny, masyarakat masih terjebak dalam pola stereotip saat menilai warga Papua. Alih-alih memandang setara, kebanyakan menganggap mereka tertinggal. Kesan yang terbangun, katanya, tak jauh dari narasi tersebut. Semoga upaya ini mampu menyejukkan kembali suasana yang ada. (mky,tmp,dtc)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry