PENYULUHAN : Dosen Unusa bersama para ibu usai sosialisasi deteksi dini kanker leher rahim di RW III Kelurahan Wonokromo. DUTA/istimewa

Kanker menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia terutama kanker serviks. Penyakit ini bagaikan silent killer karena terkadang tidak deteksi sebelumnya. Baru ketahuan ketika sudah memasuki stadium akhir sehingga banyak yang tidak tertolong. Karena itu edukasi untuk deteksi dini kanker ini penting dilakukan, seperti aksi dua dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

Dua dosen dari program studi kebidanan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Unusa yakni Lailatul Khusnul Rizki dan  Rizki Amalia mengajak para ibu di RW III Keluarahan Wonokromo untuk bersama peduli akan kanker serviks. Kepedulian itu dengan mengajak para ibu untuk mendeteksi dini kanker serviks dengan metode IVA test dan papsmear.

Metode ini sebenarnya sudah banyak dilakukan. Dan banyak menjadi program puskesmas di sekitar lingkungan. Namun, masyarakat masih belum banyak yang memanfaatkan program ini untuk mendeteksi dini adanya kanker serviks ini.

Karena itu, dikatakan Lailatul Khusnul Rizki atau Lailatul dibutuhkan edukasi kepada para ibu usia subur untuk meningkatkan pengetahuannya tentang pentingnya melakukan pemeriksaan agar kanker serviks tidak terlambat ditangani.

Bertempat di Balai RW III Kelurahan Wonokromo, edukasi dilakukan dua dosen ini. “Kita ingin ada peningkatan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran para ibu usia produktif tentang deteksi ini kanker serviks ini. Tidak sekali kami mendatangani tapi beberapa kali selama dua bulan,” ujar Lailatul.

Selama dua bulan ini, dua dosen yang dibantu beberapa mahasiswa untuk bisa menilai tentang pengetahuan dan pemahaman wanita usia subur di kawasan tersebut serta cara mendeteksi keikutsertaan dalam pemeriksaan IVA yang diadakan olehpuskesmas memberikan penyuluhan tentang pemeriksaan IVA untuk wanita usia subur.

Diakui Lailatul, penyuluhan diberikan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Pengetahuan akan diukur dengan memberikan pretest berupa pertanyaan yang diisi peserta untuk mengetahui tentang pencegahan kanker serviks dengan pemeriksaan IVA.

Pretest dilakukan sebelum penyuluhan dilakukan. Sedangkan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan sasaran dilakukan posttest setelah dilakukan penyuluhan kemudian hasilnya dibandingkan.

Berdasarkan hasil protest dan posttest yang diikuti 30 responden dapat dinyatakan bahwa hasil prtest tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan IVA sebesar 8 (26,67%) responden mengerti tentang pemeriksaan IVA.

Sedangkan hasil posttest terdapat 25 (83,3%) responden yang mengerti tentang pemeriksaan IVA untuk deteksi dini kanker serviks, sehingga dapat disimpulkan adanya peningkatan pengetahuan tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan IVA.

Kanker serviks merupakan salah satu yang menyangkut masalah kepedulian tentang kesehatan reproduksi. Kanker serviks merupakan jenis kanker pembunuh nomor dua setelah kanker payudara pada wanita (Irianto, 2014).

Menurut Sukaca (2009), kanker serviks merupakan suatu jenis kanker yang terjadi pada daerah leher rahim, yaitu bagian rahim yang terletak di bawah yang membuka ke arah lubang vagina.

Kanker ini disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Menurut WHO (2008) dalam Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) sekitar 490.000 wanita di seluruh dunia didagnosa menderita kanker serviks dan 240.000 kasus kematian wanita akibat kanker serviks dan 80% kasus terjadi di negara-negara berkembang.

Menurut Yayasan Peduli Kanker Serviks Indonesia tahun 2012 penderita kanker serviks di Indonesia mencapai 15.000 kasus. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kejadian kanker leher rahim tersebut antara lain paritas tinggi dengan jarak persalinan pendek.

Selain itu akibat hubungan seksual pada usia muda atau menikah di usia muda, berganti-ganti pasangan seksual, perokok pasif dan aktif, penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu yang lama lebih dari 5 tahun, penyakit menular seksual, dan status ekonomi yang rendah (Irianto, 2014).

Salah satu faktor penyebab tingginya angka kejadian kanker serviks pada wanita akibat rendahnya cakupan deteksi secara dini akibat kurangnya informasi pada masyarakat.

“Deteksi dini pada kanker serviks ini merupakan sebuah terobosan yang inovatif dalam kesehatan untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan akibat kanker tersebut,” jelas Lailatul.

Selama ini sebagian besar wanita yang didiagnosis kanker leher rahim tidak melakukan skrinning test atau menindak lanjuti setelah ditemukan hasil yang abnormal.

Selain itu biaya untuk pemeriksaan dini kanker serviks tersebut tidak murah, sehingga keterlambatan pemeriksaanpun terjadi akibat kurangnya pengetahuan pada masyarakat tentang kanker serviks, sehingga kesadaran untuk melakukan deteksi dini kanker serviks tidak dilaksanakan.

Deteksi dini kanker pada leher rahim tersebut sangat penting dilakukan, karena potensi kesembuhan akan sangat tinggi jika masih ditemukan pada tahap prakanker.

Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan program deteksi dini (skrinning) dan pemberian vaksinasi. Adanya program deteksi dini di negara maju, angka kejadian kanker serviks dapat menurun. end/ril

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry