SURABAYA | duta.co – Bank Indonesia terus mendukung berkembangnya Ekonomi Syariah (Eksyar) di Indonesia. Ada tiga hal yang dilakukan bank sentral itu untuk mewujudkannya.
Deputi Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti menyebutnya AIR. AIR merupakan singkatan dari Akselerator, Inisiator dan Regulator.
“Akselerator di mana BI berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk pengembangan eksyar dengan inovasi-inovasi. Inisiator di mana BI menginisiasi apapun yang berkaitan dengan pengembangan eksyar. Dan Regulator dengan melakukan perumusan dan penerbitan kebijakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Bank Indonesia,” kata Destry saat pembukaan FESyar Jawa 2024 di Masjid Al Akbar Surabaya, Jumat (13/9/2024).
“Selain itu, salah satu bentuk konkrit untuk pengembangan eksyar adalah dengan digitalisasi dan inklusi,” tambahnya.
Peran Penting Ekonomi dan Keuangan Syariah
Destry menjelaskan ekonomi dan keuangan syariah sangatlah penting perannya. Saat ini banyak ekonomi dan keuangan konvensional yang mulai melirik bagaimana proses bisnis dari ekonomi dan keuangan syariah ini. “Modelnya kan solid, inklusif, sustainable (berkelanjutan) dan memberikan dampak ke masyarakat,” tuturnya.
Destry menjelaskan keunggulan lain dari institusi keuangan syariah dibandingkan konvensional adalah memiliki underline asset. Ini yang bisa menyebabkan kemungkinan instrumen aset keuangan menjadi bubble atau menggelembung menjadi kecil. “Sekarang ini IMF juga sedang belajar tentang keuangan syariah karena melihat shariah compliance-nya,” tuturnya.
Destry juga menjelaskan bahwa saat ini peran ekonomi dan keuangan syariah sangat besar bisa dilihat dari gaya hidup berbasis value shariah compliance yang meningkat. Pada 2023-2024 pengeluaran terkait konsumsi terus mengalami peningkatan dari USD 2,29 triliun pada 2022 dan diprediksi bisa menjadi USD 3 triliun pada 2027. “Peningkatan bisa mencapai 7 hingga 9 persen,” imbuhnya.
Mengatasi Permasalahan saat Ini
Mengembangkan eksyar kata Destry sangatlah penting untuk mentransformasikan keuangan baik di Indonesia maupun dunia. Karena eksyar tidak hanya menawarkan profit tapi justru dampak yang tidak hanya dirasakan sendiri namun untuk masyarakat banyak.
Karena itu, model bisnis seperti ini sangat cocok dikembangkan untuk mengatasi tiga permasalahan yang sedang dihadapi saat ini. Yakni kesenjangan ekonomi, lingkungan termasuk perubahan iklim, dan instabilitas ekonomi di mana kemungkinan terjadinya bubble bisa diminimalisir.
Potensi Eksyar di Indonesia
Populasi muslim sebesar 230 juta menjadikan Indonesia memiliki potensi untuk pengembangan eksyar. Ditopang dengan adanya digitalisasi harusnya membuat perkembangan lebih cepat dilakukan. “Intinya Shariah compliance tidak melarang untuk berinovasi,” ungkapnya.
Beberapa indikator menunjukkan bahwa perkembangan eksyar di Indonesia membaik. misalnya pembiayaan perbankan syariah pada Juli 2024 mencapai Rp597,89T atau tumbuh 11,92% (yoy), capaian nominal tersebut lebih tinggi dibandingkan 2023 yang tercatat Rp569,37T.
Di tataran global, eksyar Indonesia berdasarkan laporan dari SGIE Report saat ini berada pada peringkat ke-3 (di bawah Malaysia dan Arab Saudi), meningkat 1 peringkat dibanding tahun sebelumnya. Menyikapi perkembangan ini, Destry mendorong perlunya memacu eksyar melalui sinergi erat dengan KNEKS dan berbagai stakeholders.
Namun hingga kini masih ada tantangan yang dihadapi yakni permasalahan struktural. Walau peningkatan bisa mencapai 12 persen namun secara total share keuangan syariah masih 8 persen.
Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Jawa 2024 dibuka, Jumat (13/9/2024). Pembukaan dilakukan oleh Deputi Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti didampingi PJ Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono, Kepala Perwakilan BI Jawa Timur Erwin Gunawan Hutapea dan Anggota DPR RI, Indah Kurnia.
Ada banyak kegiatan selama tiga hari digelar hingga Minggu (15/9/2024). Ada seminar, talkshow, business matching dan business coaching pameran UMKM dan produk pesantren serta kuliner Nusantara. lis