JAKARTA | duta.co – Kekhawatiran sebagian warga Nahdlatul Ulama (NU) bahwa cawapres KH Ma’ruf Amin akan dijadikan alat pengumpul suara saja semakin terbukti dengan masuknya bekas terpidana kasus penistaan agama, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ke PDIP. Ahok sering disebut-sebut bisa menggantikan posisi KH Ma’ruf Amin.
“Ya, kekhawatiran itu ada sebab Ahok sejak dulu mesra dengan Jokowi dan Megawati. Bila Ahok tidak dipenjara, mungkin saja dia yang jadi cawapresnya Jokowi. Ini sudah terlihat sejak dulu. Ini yang jadi kekhawatiran warga NU,” kata Ahmad Shodiq, warga Pasuruan, Jawa Timur, Senin 11 Februari 2019 pagi ini.
Mengapa warga NU kurang sreg dengan Ahok? Pertama, kata dia, karena dulu Ahok sempat mencederai KH Ma’ruf Amin, sehingga Nahdliyin tersinggung. “Dalam persidangan ke-8 kasus penistaan agama, Selasa (31/1/2017) lalu, saat itu Ahok sempat mengancam akan memproses hukum Kiai Ma’ruf, kami pun marah sama Si Ahok itu. Coba, beraninya dia ancam Kiai Ma’ruf? Ahok dendam ke Kiai Ma’ruf sebab Kiai dianggap ikut menjebloskan dia ke penjara. Yang kedua, apa pun itu, Ahok pernah menista agama kami. Kalau dia berkuasa lagi, ya gawat bagi kami, kecuali ada yang menunjukkan Ahok bisa benar-benar berubah,” katanya, sambil menunjukkan berita tribun-timur.com dengan judul “Cerita KH Ma’ruf Amin Diancam Ahok Hingga Presiden Jokowi Harus Turun Tangan”.
Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman juga memberi gambaran Ahok sebagai sosok yang mencla-mencle. Tidak konsisten. Dia antara lain mengingatkan ketika Ahok masih mendekam di balik jeruji, muncul spekulasi mantan gubernur DKI Jakarta itu akan merapat ke PDI Perjuangan. Untuk memunculkan kesan baik Ahok pernah menyatakan tidak akan berpolitik dulu. Namun kenyataannya sekarang terjadi Ahok benar-benar berpolitik dan masuk PDIP.
“Kita bicara kemungkinan-kemungkinan ya,” ujar Habiburokhman seperti dikutip dari RMOL.Co Senin 11 Februari 2019 pagi
Dia juga melihat ada peluang Ahok menggantikan Kiai Maruf? Pertama, kata dia, kedekatan Ahok dengan Presiden Jokowi. “Dulu kan mereka duet di pemerintahan DKI,” ulasnya.
Kedua, jika yang dipersoalkan koalisi di kubu Jokowi. Habiburokham mengingatkan, parpol-parpol pengusung duet Ahok dan Djarot Saiful Hidayat di Pilkada Jakarta 2017 lalu, masih yang sama dengan koalisi Jokowi-Maruf. Kemudian saat Ahok menghadapi kasus penistaan agama, mereka solid beri dukungan.
“Jadi chemistry-nya sudah ketemu, saya pikir tidak banyak penolakan di internal mereka karena kan sama-sama,” jelasnya.
Dalam konteks Pilpres pun, menurut dia, tidak akan menemui kendala berarti selama di antara parpol koalisi sepakat mengusung Ahok maka tak perlu ada fit and proper test atau pembahasan di DPR. “Bisa langsung ditentukan kalau misal sudah ada situasi kiai Maruf digantikan,” kata Habiburokhman.
Ahmad Sodiq melihat politik sudah sangat keras dan menghalalkan segala cara. “Itulah yang membuat kami khawatir kiai panutan kami dicederai oleh para politisi yang sudah banyak keblinger itu,” katanya.
Lalu bagaimana dengan Ahok sendiri? Meski disebut-sebut dalam sejumlah kasus, Ahok sudah dicitrakan sebagai orang bersih. Tidak korupsi. Karena itu ada tantangan hati nurani yang menyelimuti mantan Gubernur DKI Jakarta itu sebab Ahok di mata para pendukungnya dikenal sebagai sosok yang bersih dan jauh dari kata korupsi masuk ke PDIP, yang menjadi salah satu partai penyumbang kepala daerah terbanyak yang dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Bergabung dengan PDIP akan ada tantangan dengan hati nuraninya. Pasalnya 2018 lalu, dari 29 pejabat yang terkena OTT KPK paling banyak dari PDIP, yakni 9 kepala daerah,” ungkap pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPI) Jerry Massie kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (10/2).
Teranyar, sambung Jerry, OTT KPK menyasar Bupati Kotawaringin Timur, Supian Hadi yang juga kader PDIP. Kerugian negara yang diakibatkan ulah Supian tidak tanggung-tanggung, yakni mencapai triliunan rupiah. “Kasus terakhir kadernya (PDIP) Bupati di Kalimantan yang terjerat kasus korupsi, yakni Bupati Kotawaringin Timur, Supian Hadi,” tutup Jerry. (rmol/ara)
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry