SURABAYA | duta.co —  Luar biasa. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax sungguh luar biasa. Apalagi premium yang tidak ikut naik, ternyata sudah hilang duluan. Ini, sebagian menyebutnya sebagai bentuk ingkar janji pemerintah. Itulah yang disampaikan Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng.

Sesuai dengan RAPBN tahun anggaran 2018 lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah mengatakan pemerintah tidak akan ada kenaikan harga BBM termasuk elpiji 3 kg dan listrik pada tahun 2018. Namun pada 1 Juli kemarin, pemerintah malah menaikkan harga Pertamax Cs.

Harga Pertamax naik Rp 600 menjadi Rp 9.500 per liter, Pertamax Turbo naik Rp 600 menjadi Rp 10.700 per liter, Pertamina Dex naik Rp 500 menjadi Rp 10.500 per liter, serta harga Dexlite naik Rp 900 menjadi Rp 9.000 per liter. Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi ini berlaku di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Jakarta, Jawa Barat dan Banten.

Bahkan di Riau misalnya, Pertamax nyaris bunder sepuluh ribu (Rp. 9.900 Perliter). Pertamax Turbo: Rp 11.100 Perliter. Dexlite: Rp 9.400 Perliter. Pertalite: Rp. 7.800. Pertamax Dex: Rp 11.000 Dex: 10.750. Solar NPSO: 8.550. Minyak tanah NPSO: 11.550.

“Pemerintah tidak bisa dituduh menyebarkan hoax, yang bisa dituduh menyebarkan hoax adalah media massa, aktivis, media sosial. Pemerintahan dapat melakukan penipuan kepada rakyat bangsa dan negaranya,” sindir Salamuddin saat berbincang di Kantor Berita Politik RMOL, Jakarta Senin (2/7/2018).

Tindakan menipu tersebut dapat dikategorikan sebagai pengkhianatan terhadap bangsa, negara dan rakyat. “Sudah berapa kali pemerintah menipu rakyat, bisa sejumlah hari dalam setahun. Bahkan bisa lebih dari itu. Karena pemerintah dapat menipu dengan efektif. Pemerintah memiliki sumber daya yang memadai untuk melakukan itu,” bebernya.

Akibatnya, lanjut Salahuddin, apa yang dikatakan pemerintah berbeda dengan kenyataan. Misalkan, kata pemerintah, BBM, listrik, pendidikan dan kesehatan biayanya tidak naik, namun fakta di lapangan, harganya sudah naik berkali-kali.

“Sejak Jokowi berkuasa, harga listrik juga sudah naik berkali-kali hampir setiap bulan, pendidikan mahal sekali, masuk TK saja puluhan juta, biaya kesehatan tinggi sekali. Jadi kalau Menkeu bilang tidak akan naikkan BBM dan listrik ya, tentu saja aneh. Karena subsidinya di APBN dicabut, pastilah BBM dan listrik naik. Jadi ini penipuan ala milenial?” pungkasnya.

Yang bikin heran, kemana para demonstran? Usut punya usut, mereka sekarang sudah berada di tengah-tengah kekuasaan. Maiyasyak Johan, Mantan Wakil Ketua Komisi Hukum DPR RI menulis, bahwa, para demonstran sekarang sudah makmur. Kelompok dan jaringan yang selama ini radikal dan kritis sudah berdiri di depan sebagai pembela kebijakan pemerintah.

“Kini rakyat kehilangan kaum muda energik yang menyuarakan aspirasinya. Lalu siapakah yang bakal mengambil dan mengisi peran itu? Di mana pemuda dan mahasiswa Islam Indonesia? Apakah juga kehilangan daya juangnya? Walau pun begitu, saya percaya ada faktor lain sebagai penyebabnya. Namun faktor ‘sudah makmur’ agaknya merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan,” tulis  Maiyasyak seperti diunggah eramuslim.com. (rmol)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry